Bumi dan para penghuni. Sebuah ihwal tentang perjalanan
pendaki. Bermodalkan nekat dan semangat--dukungan teman satu sama lain,
sehingga mampu berada disini, tempat yang dicari.
Apa tujuan mendaki?
Tiap-tiap orang pasti punya beragam persepsi, dan dari kami
terkhusus dari penulis sendiri adalah tiada lain untuk menikmati alam,
memandang dan merenungi besarnya kuasa Tuhan, melepas sejenak kepenatan,
menikmati jeda, berbahagia bersama teman-teman.
Kebanyakan dari kami adalah para pendaki pemula, yang sangat
awam tentang perjalanan pendakian. But is not problem, kami tetap berjalan dan
sampai ditujuan^^
Bulusaraung termasuk bagian dari Taman Nasional Wisata Alam
Bantimurung, Maros, Sulawesi Selatan namun dalam perjalanan menuju ke lokasi
tersebut melewati daerah Kabupaten Pangkep. Perjalanan dari Kota Makassar (Jl.
Sultan Alauddin--lokasi penulis) menuju tempat pemberhentian sebelum start
perjalanan pendakian menghabiskan waktu selama
tiga jam lebih. Perjalanan mendaki kemudian dilakukan start pukul 20.00
WITA dan tiba di pos sembilan (lokasi camp) pada pukul 23.38 WITA.
Perjalanan ini dilakukan pada hari Jumat, 14 Februari 2019
pukul 15.30 hingga 15 Februari 2019 pukul 16.00. Kemudian sampai di kediaman
masing-masing setelah azan maghrib berkumandang. Jika ditotal, kami
menghabiskan 26 jam waktu perjalanan mulai berangkat dari rumah hingga kembali
lagi ke rumah.
Dimensi jalur yang dilewati dalam pendakian puncak
Bulusaraung cukup menantang, dan beberapa kali dinamika-dinamika perjalanan
turut serta melengkapi keadaan. Sebelum pendakian dimulai kami disambut oleh
hujan yang turun cukup deras sehingga kami memutuskan untuk menunggu sesaat.
Kala hujan telah reda, setelah memanjatkan doa masing-masing, perjalanan pun
mulai dilakukan.
Tanah yang sangat
licin ternyata, salah satu dari kami diawal perjalanan menikmati dinamika
pertama (jatuh). Dan oh ya, itu bukanlah apa-apa, ini masih awal. Dengan
semangat membara perjalanan dilanjutkan. Setelah melewati pos pertama, lagi,
dinamika kembali berkunjung. Salah seorang diserang gangguan nafas dan hingga
akhirnya ia tak sadarkan. Kami kembali ke pos satu untuk memulihkan
kemampuannya. Sempat beberapa orang yang lain merasa cemas dan ingin membawa
pulang ke tempat awal namun beberapa orang yang lain tak mau kalah meyakinkan
bahwa ia yang sedang terbaring hanya butuh sejenak istirahat untuk melanjutkan
perjalanan.
"jangan diam kalo lapar, jangan mendaki sebelum
makan"
Beberapa saat kemudian, setelah keadaan telah kondusif, kami
semua bersepakat untuk kembali kompak menjaga ritme perjalanan, pelan saja tapi
pasti.
"raga yang terlalu mudah lelah bertanda kurang
olahraga"
Kami bertemu dengan pendaki-pendaki yang lain, ada satu
rombongan dari organda mahasiswa UIN Alauddin dan sekaligus merupakan kader HMI
cabang Gowa Raya, sangat seru dan ramah.
Untuk satu hal, yang disoroti secara tersirat dari para mata
yang memandang penampilan kami semua, terkhusus untuk perempuan-perempuan dari
kami, saat yang lain dengan kostum pendakiannya yang cool--laki-laki dan
perempuan, kami pun dengan tenang dan
percaya bahwa penampilan kami yang tetap memakai "ROK" untuk mendaki
tidak akan mengganggu dan menghalangi.
Karena esensi nilai Islam yang diajarkan tidak boleh hilang
bagaimanapun kondisi yang didapatkan.
KOS KAKI DAN ROK harus tetap digunakan.
Di tengah perjalanan, menuju pos lima, sesuatu yang baru
terjadi, dinamika datang kembali. Salah seorang dari kami lepas kontrol karena
pegangannya tak kuat dan karena tanah yang licin membuatnya meluncur dengan
bebas.
"aduh, sakit"-ujarnya dalam hati, dan terpancar
di raut wajahnya yang terlihat merintih.
Beberapa yang lain yang berjalan tepat bersama dengan jarak-jarak
dekat bersama dia merasa panik, dan yang lain-lain yang berjalan di depan dan
beberapa orang yang agak jauh di belakang pun berteriak setelah mendengar kasak
kusuk yang terjadi. Dan semuanya berhenti sejenak. Dia yang sedang menemui
gilirannya merasakan dinamika menarik nafas pelan-pelan, ada sakit yang ia
rasakan namun ia tak mau kalah dengan hal tersebut, ia kuatkan kembali tekadnya
dan menguatkan semangatnya dan bangkit lalu berjalan.
"ayo mi jalan lagi, tidak kenapa-kenapa ji"
Dan yang lain masih dengan rasa cemasnya, tapi semangat yang
terpancar dari suara itu mengaburkan rasa sakitnya sendiri dan akhirnya
mengaburkan pula kecemasan orang-orang yang bersama dirinya.
"Oke, ini menyenangkan. Jangan khawatir"
Hingga pada akhirnya, tibalah di pos sembilan, pos untuk
membangun tempat berteduh (camping) untuk para pendaki.
Untuk setiap bekal yang telah dibawa dalam tas semuanya
dikeluarkan dan kami memasak bersama.
Kemudian, penulis teringat dengan kejadian-kejadian di waktu
masa kecil. Membuat rumah-rumahan, memasak-masak menggunakan tempat-tempat yang
mungil, seperti seolah jiwa dibawa pada perjalanan waktu yang pernah ada di
belakang. Pikiran berjalan-jalan di masa yang telah silam.
"Rasanya sangat lelah, namun tetap merasa bahagia.
Setelah mengisi kampung tengah (perut), lalu kami menuju
sumber air untuk bersih-bersih dan istirahat hingga pagi.
Sepaginya, badan terasa pegal, ada pula yang merasa dadanya
sesak, dan cuaca dingin sangat merasuk ke dalam tubuh. Dan, semakin diri
dimanjakan untuk tidak melakukan apa-apa, semakin dirasa tersiksa, sehingga
harus bergerak untuk meminimalisir hal itu semua.
Air yang dipakai berwudhu sangatlaaah dingin seperti
menyamai rasa dingin freezer di kulkas.
"MENGGIGIL DIWAKTU SUBUH BERSAMA-SAMA" :"D
Perapian pun dibuat, juga minuman hangat ditebarkan.
Akhirnya setelah semuanya telah merasa kondusif kembali, perjalanan menuju
puncak segera dilaksanakan.
Hampir 1 jam perjalanan ditempuh dari pos 9 menuju puncak Bulusaraung.
Banyak sekali tanjakan-tanjakan yang terjal dari pendakian
ini, namun menurut dari tourguide kami alias pemandu jalur pendakian ini, ia
mengatakan bahwa ini belum seberapa dari pendakian gunung yang lain.
Wah, dan kami sangat merasa tertantang untuk bisa kembali
mendaki setelah ini. Ya, setelah raga kembali fit. Hahaha.
Berfoto ria, menikmati pemandangan yang sangat mengagumkam,
tertawa, bercanda, dan di puncak sungguh rasa lelah terbayarkan.
Hijau dan rindang pohon-pohon yang terhampar di depan mata,
indahnya ciptaan Tuhan, besarnya kuasa Tuhan, bagaimana semua ini bisa dibuat
semegah ini oleh pencipta?
Beberapa hikmah yang penulis dapatkan setelah melakukan perjalanan
ini adalah:
"Waktu muda adalah waktu-waktu yang tepat mengumpulkan
banyak pengalaman. Sesekali bukan tentang pencarian finansial, dan segala harapan yang mewujud beban, tapi perjalanan yang bahagia mengumpulkan kekuatan pengalaman mengeratkan ukhuwah"
"Sesulit apapun medan tantangan yang ada di depan,
tidak ada yang tidak bisa dilalui jika kita tekun berusaha"
"Tidak ada ORANG YANG LEMAH, yang ada hanyalah ORANG
YANG TIDAK MAU"
"Tidak ada individualisme di pegunungan, ketika kau
melakukannya, hidupmu akan terasa berat"
"Kekuatan emosional akan sangat terjalin bersama
teman-temanmu, susah payah-kesenangan yang terjadi diantaramu yang membuatnya
begitu"
"Mendaki itu; mencintai alam dan mencintai sesama.
Tidak meninggalkan bekas kecuali jejak langkah, dan menjadi ramah kepada sesama
pendaki lainnya"
"Rawat baik-baik lingkar terbaikmu dan ciptakan
sebaik-baiknya kebahagiaanmu, manfaatkan waktu-waktu yang ada bersama temanmu,
walau dimanapun kita berada yang membentuk kebahagiaan adalah diri kita
sendiri, namun kebahagiaan yang penuh makna lebih akan tercipta jika
berkolaborasi dengan teman-teman yang kita miliki, penghargaan kepada hal-hal
diluar diri kita adalah sesuatu yang penting untuk mencapai hidup agar selalu
damai untuk dijalani----seperti menghargai mereka yang telah hadir dan alam
yang kita kunjungi"
Saya tidak akan pernah melupakan perjalanan hari ini. Bukan
puncaknya yang membuat semua ini berkesan, tapi perjalanan menuju puncak itu
yang menjadikan pengalaman ini disebut sesuatu yang berharga.
#militanfams, semoga di kesempatan yang lain tim ini bisa
lengkap untuk melakukan perjalanan mendaki bersama-sama. See you^^
Kepada, Alan, Andile' dan kak Dayat, terima kasih atas perannya sebagai pemandu kami. Jangan bosan dan sampai bertemu di kesempatan yang lain. Jazakumullahu khairan katsiran.






1 komentar:
Panutankuu������
Posting Komentar