"Setiap keinginan memiliki segala
kemungkinan"
Garis besar kemungkinannya ada dua:
baik atau buruk. Dalam pandangannya kita, kebanyakan dari kita menganggap bahwa terhitung baik jika terwujud, buruk karena tidak sesuai harapan saat tidak terwujud. Entah seperti apa breakdown peristiwa yang akan terjadi
dari dua garis besar kemungkinan itu, tapi poin inti yang harus dipahami adalah menempatkan setiap keinginan kita harus berada di titik tengah, titik dimana kita
menaruh harap setengah dan separuh tempat untuk rasa kecewa. Melihat dua
kemungkinan itu harus dengan kacamata dewasa. Kita tidak boleh tabu
menyikapinya. Kita tidak boleh condong hanya pada satu titik semisal berharap
sepenuhnya, atau condong ke titik yang lain semisal merasa putus asa
sepenuhnya. Tidak begitu kawan. Jadi sederhana saja.
Persoalan seperti ini memang harus
sarat diajarkan pada diri kita. Karena berbicara tentang harapan, setiap hari
kita selalu menyimpan harapan. Boleh jadi pula setiap waktu di satu hari itu,
harapan selalu ada dalam hati dan pikiran kita. Oleh karena itu, menjadi
seorang yang mampu melihat segala kemungkinan, yang akan bisa mengontrol
dirinya dalam segala keadaan.
Merdekakanlah jiwa kita dari segala
apa yang ada.
Lepaskan hal-hal yang dapat mengganggunya.
Berhenti berfokus pada
hal-hal yang tidak terlalu dibutuh, semisal memikirkan terlalu banyak kesalahan
yang pernah dilakukan, memikirkan kesalahan org lain yang pernah menyakiti
kita, memikirkan persoalan-persoalan yang hanya membawa jiwa kita dalam
kerundungan yang berkepanjangan. Belajar untuk memindahkan fokus kita saat
menerima hal-hal yang tidak menyenangkan. Boleh saja kita bersedih oleh
banyaknya hal yang kita temui yang merundung hati, tapi tidaklah elok jika
dilakukan terlalu lama. Kasihan diri kita. Maka lakukanlah dengan sewajarnya,
karena bersedih dengan sesuai porsinya akan memberikan sedikit kelegaan pada
jiwa.
Ada ribuan hal yang mampu membawa
kita pada ketidaknyamanan pada pikiran dan perasaan, namun jangan lupa bahwa
ada ribuan hal pula yang dapat memberi kita kebahagiaan pada diri kita.
Berterima kasih selalu pada Tuhan
yang telah memberikan kesadaran seperti ini pada kita, semoga diri kita menjadi
jiwa-jiwa yang tenang, tenang bersama orang-orang yang kita sayang, tenang
karena tidak terlalu mempersoalkan segala hal yang tidak dalam kepemilikan,
tenang karena membiasakan diri mensyukuri segala nikmat Tuhan, baik dalam
kesenangan maupun saat kondisi tidak sesuai harapan.
Merdekalah selalu jiwa.
(loc : Polongbangkeng Selatan, Kab. Takalar)
0 komentar:
Posting Komentar