Minggu, 16 Februari 2020

Experience of Climbing in Bulusaraung


Bumi dan para penghuni. Sebuah ihwal tentang perjalanan pendaki. Bermodalkan nekat dan semangat--dukungan teman satu sama lain, sehingga mampu berada disini, tempat yang dicari.

Apa tujuan mendaki?

Tiap-tiap orang pasti punya beragam persepsi, dan dari kami terkhusus dari penulis sendiri adalah tiada lain untuk menikmati alam, memandang dan merenungi besarnya kuasa Tuhan, melepas sejenak kepenatan, menikmati jeda, berbahagia bersama teman-teman.

Kebanyakan dari kami adalah para pendaki pemula, yang sangat awam tentang perjalanan pendakian. But is not problem, kami tetap berjalan dan sampai ditujuan^^

Bulusaraung termasuk bagian dari Taman Nasional Wisata Alam Bantimurung, Maros, Sulawesi Selatan namun dalam perjalanan menuju ke lokasi tersebut melewati daerah Kabupaten Pangkep. Perjalanan dari Kota Makassar (Jl. Sultan Alauddin--lokasi penulis) menuju tempat pemberhentian sebelum start perjalanan pendakian menghabiskan waktu selama  tiga jam lebih. Perjalanan mendaki kemudian dilakukan start pukul 20.00 WITA dan tiba di pos sembilan (lokasi camp) pada pukul 23.38 WITA.

Perjalanan ini dilakukan pada hari Jumat, 14 Februari 2019 pukul 15.30 hingga 15 Februari 2019 pukul 16.00. Kemudian sampai di kediaman masing-masing setelah azan maghrib berkumandang. Jika ditotal, kami menghabiskan 26 jam waktu perjalanan mulai berangkat dari rumah hingga kembali lagi ke rumah.

Dimensi jalur yang dilewati dalam pendakian puncak Bulusaraung cukup menantang, dan beberapa kali dinamika-dinamika perjalanan turut serta melengkapi keadaan. Sebelum pendakian dimulai kami disambut oleh hujan yang turun cukup deras sehingga kami memutuskan untuk menunggu sesaat. Kala hujan telah reda, setelah memanjatkan doa masing-masing, perjalanan pun mulai dilakukan.

 Tanah yang sangat licin ternyata, salah satu dari kami diawal perjalanan menikmati dinamika pertama (jatuh). Dan oh ya, itu bukanlah apa-apa, ini masih awal. Dengan semangat membara perjalanan dilanjutkan. Setelah melewati pos pertama, lagi, dinamika kembali berkunjung. Salah seorang diserang gangguan nafas dan hingga akhirnya ia tak sadarkan. Kami kembali ke pos satu untuk memulihkan kemampuannya. Sempat beberapa orang yang lain merasa cemas dan ingin membawa pulang ke tempat awal namun beberapa orang yang lain tak mau kalah meyakinkan bahwa ia yang sedang terbaring hanya butuh sejenak istirahat untuk melanjutkan perjalanan.

"jangan diam kalo lapar, jangan mendaki sebelum makan"

Beberapa saat kemudian, setelah keadaan telah kondusif, kami semua bersepakat untuk kembali kompak menjaga ritme perjalanan, pelan saja tapi pasti.

"raga yang terlalu mudah lelah bertanda kurang olahraga"

Kami bertemu dengan pendaki-pendaki yang lain, ada satu rombongan dari organda mahasiswa UIN Alauddin dan sekaligus merupakan kader HMI cabang Gowa Raya, sangat seru dan ramah.

Untuk satu hal, yang disoroti secara tersirat dari para mata yang memandang penampilan kami semua, terkhusus untuk perempuan-perempuan dari kami, saat yang lain dengan kostum pendakiannya yang cool--laki-laki dan perempuan, kami pun dengan tenang  dan percaya bahwa penampilan kami yang tetap memakai "ROK" untuk mendaki tidak akan mengganggu dan menghalangi.

Karena esensi nilai Islam yang diajarkan tidak boleh hilang bagaimanapun kondisi yang didapatkan.
KOS KAKI DAN ROK harus tetap digunakan.

Di tengah perjalanan, menuju pos lima, sesuatu yang baru terjadi, dinamika datang kembali. Salah seorang dari kami lepas kontrol karena pegangannya tak kuat dan karena tanah yang licin membuatnya meluncur dengan bebas.

"aduh, sakit"-ujarnya dalam hati, dan terpancar di raut wajahnya yang terlihat merintih.

Beberapa yang lain yang berjalan tepat bersama dengan jarak-jarak dekat bersama dia merasa panik, dan yang lain-lain yang berjalan di depan dan beberapa orang yang agak jauh di belakang pun berteriak setelah mendengar kasak kusuk yang terjadi. Dan semuanya berhenti sejenak. Dia yang sedang menemui gilirannya merasakan dinamika menarik nafas pelan-pelan, ada sakit yang ia rasakan namun ia tak mau kalah dengan hal tersebut, ia kuatkan kembali tekadnya dan menguatkan semangatnya dan bangkit lalu berjalan.

"ayo mi jalan lagi, tidak kenapa-kenapa ji"

Dan yang lain masih dengan rasa cemasnya, tapi semangat yang terpancar dari suara itu mengaburkan rasa sakitnya sendiri dan akhirnya mengaburkan pula kecemasan orang-orang yang bersama dirinya.

"Oke, ini menyenangkan. Jangan khawatir" 

Hingga pada akhirnya, tibalah di pos sembilan, pos untuk membangun tempat berteduh (camping) untuk para pendaki.
Untuk setiap bekal yang telah dibawa dalam tas semuanya dikeluarkan dan kami memasak bersama.

Kemudian, penulis teringat dengan kejadian-kejadian di waktu masa kecil. Membuat rumah-rumahan, memasak-masak menggunakan tempat-tempat yang mungil, seperti seolah jiwa dibawa pada perjalanan waktu yang pernah ada di belakang. Pikiran berjalan-jalan di masa yang telah silam.

"Rasanya sangat lelah, namun tetap merasa bahagia.
The power of togetherness"



Setelah mengisi kampung tengah (perut), lalu kami menuju sumber air untuk bersih-bersih dan istirahat hingga pagi.

Sepaginya, badan terasa pegal, ada pula yang merasa dadanya sesak, dan cuaca dingin sangat merasuk ke dalam tubuh. Dan, semakin diri dimanjakan untuk tidak melakukan apa-apa, semakin dirasa tersiksa, sehingga harus bergerak untuk meminimalisir hal itu semua.

Air yang dipakai berwudhu sangatlaaah dingin seperti menyamai rasa dingin freezer di kulkas.

"MENGGIGIL DIWAKTU SUBUH BERSAMA-SAMA" :"D

Perapian pun dibuat, juga minuman hangat ditebarkan. Akhirnya setelah semuanya telah merasa kondusif kembali, perjalanan menuju puncak segera dilaksanakan.

Hampir 1 jam perjalanan ditempuh dari pos 9 menuju puncak Bulusaraung.

And finally, we are feel amazing to stand here in the peak of BULUSARAUNG.




Banyak sekali tanjakan-tanjakan yang terjal dari pendakian ini, namun menurut dari tourguide kami alias pemandu jalur pendakian ini, ia mengatakan bahwa ini belum seberapa dari pendakian gunung yang lain.

Wah, dan kami sangat merasa tertantang untuk bisa kembali mendaki setelah ini. Ya, setelah raga kembali fit. Hahaha.

Berfoto ria, menikmati pemandangan yang sangat mengagumkam, tertawa, bercanda, dan di puncak sungguh rasa lelah terbayarkan.
Hijau dan rindang pohon-pohon yang terhampar di depan mata, indahnya ciptaan Tuhan, besarnya kuasa Tuhan, bagaimana semua ini bisa dibuat semegah ini oleh pencipta?

Beberapa hikmah yang penulis dapatkan setelah melakukan perjalanan ini adalah:

"Waktu muda adalah waktu-waktu yang tepat mengumpulkan banyak pengalaman. Sesekali bukan tentang pencarian finansial, dan segala harapan yang mewujud beban, tapi perjalanan yang bahagia mengumpulkan kekuatan pengalaman mengeratkan ukhuwah"

"Sesulit apapun medan tantangan yang ada di depan, tidak ada yang tidak bisa dilalui jika kita tekun berusaha"

"Tidak ada ORANG YANG LEMAH, yang ada hanyalah ORANG YANG TIDAK MAU"

"Tidak ada individualisme di pegunungan, ketika kau melakukannya, hidupmu akan terasa berat"

"Kekuatan emosional akan sangat terjalin bersama teman-temanmu, susah payah-kesenangan yang terjadi diantaramu yang membuatnya begitu"

"Mendaki itu; mencintai alam dan mencintai sesama. Tidak meninggalkan bekas kecuali jejak langkah, dan menjadi ramah kepada sesama pendaki lainnya"

"Rawat baik-baik lingkar terbaikmu dan ciptakan sebaik-baiknya kebahagiaanmu, manfaatkan waktu-waktu yang ada bersama temanmu, walau dimanapun kita berada yang membentuk kebahagiaan adalah diri kita sendiri, namun kebahagiaan yang penuh makna lebih akan tercipta jika berkolaborasi dengan teman-teman yang kita miliki, penghargaan kepada hal-hal diluar diri kita adalah sesuatu yang penting untuk mencapai hidup agar selalu damai untuk dijalani----seperti menghargai mereka yang telah hadir dan alam yang kita kunjungi"

Saya tidak akan pernah melupakan perjalanan hari ini. Bukan puncaknya yang membuat semua ini berkesan, tapi perjalanan menuju puncak itu yang menjadikan pengalaman ini disebut sesuatu yang berharga.

#militanfams, semoga di kesempatan yang lain tim ini bisa lengkap untuk melakukan perjalanan mendaki bersama-sama. See you^^


Kepada, Alan, Andile' dan kak Dayat, terima kasih atas perannya sebagai pemandu kami. Jangan bosan dan sampai bertemu di kesempatan yang lain. Jazakumullahu khairan katsiran.


1 komentar:

Andi Aryasti mengatakan...

Panutankuu������