"Bahkan waktu sedetik pun, kini aku berusaha memikirkan bahwa tak ada yang benar-benar luput dari kuasa-Nya. Lantas mengapa kita sering begitu khawatir(?)"
Yang benar saja, aku tak pernah berniat untuk menyampaikan langsung perasaan itu. Perasaan yang menggebu di kala aku sendiri, datangnya sering tiba-tiba. Kadang ketika aku bangun tidur. Atau ketika hendak tidur. Atau ketika aku selesai melaksanakan shalat. Sosoknya tiba-tiba memenuhi pikiran. Aku tak bisa menghalaunya. Dengan sekejap waktu, sering sengaja menghampiriku dalam berbagai keadaan.
Ketika aku benar-benar merasakan perasaan itu, perasaan ingin bersamanya, ingin menyapanya secara langsung, aku tertegun kemudian. Aku kadang memeluk diriku sendiri dan kemudian aku benar-benar melewati waktuku dengan penuh perasaan yang tak bisa kusampaikan dengan detail. Sedih? Bukan. Senang? Sangat bukan. Bukan keduanya. Bagaimana menjelaskan perasaan ini? Aku tak tahu memaparkannya dengan detail.
Jika telah selesai melewati waktu memikirkan satu nama itu, aku akan mencari ketenangan dengan menyampaikan perasaanku kepada yang memiliki hatiku. Kepada Dia yang menjadikanku untuk memiliki perasaan ini. Kepada Dia yang membuatku memiliki perasaan kasih dan sayang kepada satu orang itu. Aku kepada sang penciptaku tak ingin menyembunyikan sesuatu atas perasaanku. Meski aku tahu Tuhan selalu tahu apa yang aku rasakan. Aku menyampaikan seluruh apa yang kualami, dan aku selalu meminta pertolongan dari-Nya untuk dikuatkan dalam keadaan ini.
Hingga pada satu hari, seseorang itu membuatku semakin mencintai Tuhanku, membuatku tertegun lebih dalam, dan membuatku sadar bahwa Tuhanku benar-benar mengasihi diriku.
Seseorang itu bertanya kepadaku 'apakah kamu merindukanku?'. Dalam hatiku hanya ingin berkata, betapa luar biasanya semesta mendukung perasaanku. Tuhan membuat semesta tunduk dan berjibaku membuat seseorang itu mengetahui isi hatiku. Tapi aku tak langsung mengaku. Ada rasa malu. Dan kemudian dia kembali berkata 'aku jarang mendapati mimpi yang seperti sangat nyata. Pesanmu disampaikan langsung kepadaku lewat mimpi'. Dan akhirnya aku mengakuinya.
Sebenarnya, bahkan seseorang itu mungkin tak akan pernah tahu bahwa aku merindukannya, aku tak pernah gusar. Karena ketika aku merindu, aku punya tempat terbaik untuk mengadukan perasaanku, kepada sang pencipta. Aku merasa belum pantas untuk mengadu langsung kepada dia yang aku rindu, entahlah, aku merasa kita masih bukan siapa-siapa. Kita hanyalah dua insan yang memiliki hati dan diizinkan memahami perasaan satu sama lain, merasakan kasih, namun belum memiliki ikatan yang disyariatkan. Maka aku hanya berusaha menjaga perasaan sebagaimana seharusnya perempuan menjaga.
Namun Tuhan memang sangat baik. Dia membantuku memberi tahu kepadanya apa yang kurasakan. Tapi aku tak berharap banyak. Aku tak ingin membuat diriku berangan-angan panjang. Aku syukuri semua yang terjadi, dan aku berdoa semoga Tuhan menjaga dia dan diriku dengan baik. Aku biarkan semesta kembali bekerja apapun yang akan dilakukannya kelak kepada diriku dan dirinya.
Sesaat, aku sangat ingin menangis. Aku sungguh merasa bahwa aku dan dirinya terlampau banyak salah. Tuhan, aku selalu sadar bahwa perasaan cinta dari hati seorang manusia tak pernah lepas dari campur tanganmu. Maafkan atas kesalahan yang pernah terjadi atas respon cinta yang kami miliki.
Kami sadar bahwa kami makhlukMu yang lemah, lemah atas iman kepadaMu. Bimbing kami untuk lebih banyak mencintaiMu. Bimbing kami untuk lebih banyak mengimaniMu. Jadikan perasaan kasih yang kami miliki selalu berlandas atas iman kepadamu.
Tuhan, bimbing jiwa kami untuk tak pernah lepas dari kedekatan kepadaMu.
Tuhan, terima kasih atas kasih sayangMu.
Tuhan, maafkan kami pernah melampaui batas.

0 komentar:
Posting Komentar