Kapan terakhir kakimu sakit?
Aku bertanya pada diriku sendiri.
Lalu hatiku menjawab
Sepertinya terakhir waktu jatuh dari motor di bulan januari lalu.
Setelah dari masjid al-furqan, rencana mau ke BNI, tetiba kaki kiri keseleo di samping koridor masjid ini. Duh. Langsung terduduk dan luar biasaa, nyutnyut sekali. Nafas pelan-pelan, berusaha tenang, tidak ingin terlihat kesakitan dihadapan orang-orang. Tapi sumpah rasanya memang tak tertahankan.
Berusaha menyandarkan diri di tiang koridor dan kaki diselonjorkan. Tuhaan, terima kasih atas nikmatmu. Alhamdulillah ala kulli haal.
Yang kupikirkan pertama adalah apotek. Cari minyak tawon. Karena kebiasaan di rumah seperti itu. Kalo ada sakit-sakit begini, minyak tawon pasti jadi obat pertama yang dicari, sebelum ke rumah om untuk diurut kalo sakitnya parah.
Tapi disini ga ada om ku. Aku harus berjuang sendiri. Lalu aku berusaha untuk tetap terlihat biasa aja. Aku ke BNI. Misiku belum bisa kelar ternyata. Antrian CS (Customer Service) sudah membeludak dan aku disarankan untuk datang esok hari.
Baik. Aku kemudian ke museum pendidikan UPI. Dan tadaaa, museumnya ternyata belum melayani tamu. Katanya ada perbaikan. Wokeh. Aku lalu ke taman belakang Isola. Isola itu adalah gedung rektorat UPI. Landmark UPI. Gedung pertama yang kelihatan ketika masuk pintu utama UPI. Di belakang Isola katanya itu taman cinta. Konon, ada banyak sepasang yang jadian di tempat itu. Huahah. Aku ga mikir-mikirin yang kayak gitu. Aku ke UPI ga mikir mau jadian sama siapa-siapa. Aku mau jadian sama yang itu-itu saja. Yang dulu. Yang selalu itu. Aku mau langsung diikat oleh kalimat "aku terima n_k_hnya", nah apa tuh? Hahaha. Ah sayang dia tidak di Bandung.
Aku menikmati suasana taman yang selalu sejuk. Beberapa orang juga ada di tempat itu. Ada yang berpasangan. Ada yang sendirian seperti ku. Hari ini cukup ramai. Mahasiswa-mahasiswi baru (maba) sudah masuk masa orientasi. Mahasiswa lama cukup antusias mengawal maba. Jadi, teringat enam tahun yang lalu. Hitam putih, dengan tingkah malu-malu masuk kampus. Kemudian yang laki-laki kebanyakan kepalanya gundul-gundul alias botak. Ternyata sudah agak lama ya waktu berlalu. Hari ini aku melihat maba-maba generasi kelima setelahku. Wah.
Setelah itu, aku mengabari bapak ibuku. Aku video call-an di taman itu. Aku beritahukan aktivitasku hari ini. Dan selalu, aku selalu minta doanya untuk hidupku. Aku beritahu kalau aku keseleo. Dan mereka hanya menanggapinya ringan, disuruh lebih hati-hati dan perhatikan makan. Perhatikan makan! Hahaha. Aku sedikit ketampar karena aku memang malas makan. Tapi ga aku konfirmasikan karena aku ga mau buat mereka khawatir.
Setelah berselang lama aku akhirnya pulang. Singgah di masjid shalat ashar, lalu pulang dengan tetap berjalan kaki. Padahal kakiku sedang sakit. Ono opo toh neng? Pikiranku bilang biar kakiku ga manja. Emang jahat banget aku sama diriku sendiri. Malah jalannya cukup jauh.
Sebelum maghrib, aku singgah di masjid Daruut Tauhid untuk menunggu waktu adzan. Mau sekalian maghrib-an disini lalu pulang ke kos. Banyak bener singgah-singgahnya. Entah kenapa kakiku yang tadinya masih agak bisa kugerakkan sekarang jadi sangat kaku dan lebih sakit. Aku khawatir. Jangan-jangan aku akan sangat susah untuk pulang jalan kaki. Waktu shalat maghrib tiba, aku benar-benar merasakan sakitnya bertambah banyak.
Terbukti dengan sikap shalatku yang agak kurasa lain waktu duduk diantara dua sujud dan duduk tasyahud. Pengen nangis tapi aku ga mau kelihatan susah di depan orang. Minyak tawon yang telah kubeli kuoleskan ke kakiku sebelum aku pulang. Biar sedikit meredakan sakitnya. Lumayan. Tapi tetap ga bisa bikin jalanku untuk terlihat biasa seperti tadi. Sepertinya kakiku marah padaku karena kuperlakukan yang tak seharusnya. Harusnya aku pesan ojek online saja biar ga nyiksa kakiku untuk sampai di kosan. Ah Nurul memang suka menyiksa dirinya.
Aku duduk di kursi meja lantai satu sebelum naik ke kamarku yang berada di lantai dua. Aku menunggu teman kos yang tadi kutitipi paketku sebelum aku pulang. Beberapa waktu berselang, akhirnya dia datang dan menawariku minum minuman jahe. Aku menerimanya dan menemaninya untuk beberapa saat saling mengobrol.
Aku lalu memperlihatkan kakiku yang tadi keseleo. Dia kaget karena kakiku sudah membengkak. Aku juga sedikit kaget karena tadi waktu di masjid view-nya masih agak normal. Sekarang sudah sangat bengkak. Dia dan dua orang teman kosku yang lain merasa khawatir kemudian. Tapi kukatakan bahwa ini akan baik-baik saja. Tenang saja. Aku sok kuat memang. Hanya karena aku ga mau membuat repot orang lain.
Aku kembali ke kamar dan aku duduk di tepi ranjang sebentar. Ga lama teman kosku mengetuk pintu kamar dan membawakan botol kecil dengan berisi air hangat untuk ditempelkan ke kakiku yang keseleo. Dan lumayan, agak enakan terasa. Kami akhirnya banyak berbincang untuk kemudian memanggil tukang urut ke kos. Karena setelah beberapa orang kuberitahukan tentang kakiku yang sudah bengkak ini, aku disarankan untuk cari tukang urut agar tidak semakin parah.
Aku masih pikir-pikir. Dan teman kosku menggenjotku untuk segera memesan tukang urut. "Jangan banyak tunda lagi, ini demi kakimu biar kamu ga banyak kesakitan" katanya. Setelah kudapatkan informasi tentang tukang urut area terdekat, aku kemudian memesan jasanya, dan ternyata bisa dipanggil ke kosan. Dia buka 24 jam. Wah hebat.
Bu Puji namanya. Dia masuk ke kamarku dengan membawa alat-alat untuk menyembuhkan kakiku yang keseleo. Wow. Aku ga mikir bakal kayak gitu. Dan yah, ternyata dia punya STP (Surat Tanda Pendaftaran) untuk profesinya. Kalo dalam bahasa yang dia gunakan, dia adalah orang yang berprofesi sebagai penyembuh tradisional. Semacam dokter tapi pakai metode tradisional. Ilmunya didapatkan dari sekolah yang sudah dijalaninya. Ternyata bukan tukang urut sembarangan gais. Alhamdulillah.
Kakiku yang keseleo ternyata pembawa rezeki untukku. Allah memang selalu baik. Emang ga salah tuh kalo dapat sesuatu yang tak menyenangkan ga boleh dianggap bahwa itu adalah hal buruk. Boleh jadi itu adalah pertanda untuk akan mendapatkan sesuatu yang baik. Dan ini adalah buktinya. Aku banyak berbincang perkara kesehatan diri bersama ibu puji yang sebelumnya tidak kuketahui. Dua orang teman kosku yang lain juga berada di kamarku menemani dan mendampingi ibu puji.
Tentang ibu puji dan pembelajarannya, aku akan membahas lebih banyak di tulisan selanjutnya karena sepertinya tulisan ini sudah agak panjang haha. Aku belajar banyak dari ibu puji dan aku berpikir untuk akan kembali menemuinya di waktu yang entah kapan. Haha. Saking aku penasaran dengan ilmu-ilmunya untuk menjaga kesehatan diri. Sekiaaan.

0 komentar:
Posting Komentar