Jumat, 10 Juni 2022

RIP Eril: Tertawan Air, Bejibun Mata dibuatnya Berair

 

Jika Eril bisa melihat jelas bagaimana air mengantarkan hidupnya berakhir, melihat kepergiannya mencipta pilu dirasakan oleh jutaan insan di tanah air, yang diiringi oleh aliran doa begitu deras mengalir, ia pasti akan tersenyum penuh hangat dan mengucapkan rasa tulus terima kasih.

Berbahagialah Eril. Lembut hatimu diantarkan oleh jutaan kelembutan manusia menuju peristirahatanmu yang terakhir. 

---

Sebelumnya, saya tidak pernah tahu siapa Eril. Sebelum berita tentang dirinya tenggelam di sungai Aare Swiss, namanya tak pernah terdengar barang sekalipun. Hingga tiba satu waktu, setelah shalat Maghrib Jumat 27 Mei 2022, di rumah inap sementara di sebuah pulau, saya terdiam melihat berita di televisi memperhatikan kabar hilangnya anak Ridwal Kamil, Gubernur Provinsi Jawa Barat, pada Kamis 26 Mei 2022.

Bertepatan dengan itu, kabar tentang cendekiawan Muhammadiyah, Buya Syafi’i Ma’arif berpulang kepada Allah. Saya tak dapat memungkiri, hati saya terasa senyap. Kusembunyikan air mataku dari teman yang sempat lewat di depanku. Kemudian untuk sedikit melegakan nafas, kuajak dia berbincang bahwa anak Gubernur Jawa Barat hilang di sungai Swiss.

Ia pada saat itu dengan sedikit tersenyum dan dengan nada bercanda menimpaliku dalam dialek Makassar ‘Kodong. Tapi bukanji urusanku, hehe’. Saya memakluminya dan sama sekali tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang salah. Alasannya cukup wajar. Pertama kami tak mengenal siapa anak Ridwan Kamil. Kedua pada saat itu, saya berbicara dengan sambil lalu, ia pun dalam raut wajahnya memberi kesan hanya sekadar menimpali sekenanya. Kami benar-benar tidak tahu sama sekali siapa dia yang tenggelam. Dan tidak ada niat mencari tahu karena jaringan di pulau tidak cukup bersahabat.

Di hari ahad, tepat waktu pulang sedari pulau, saya bersama teman-teman berpisah di pelabuhan dan kembali ke rutinitas masing-masing. Saat itu saya masih belum tahu sama sekali siapa itu Eril. Hingga pada akhirnya saya surfing di google dan mengetahui tentang seluk beluk kehidupannya. Pada awalnya, simpatik itu hanya sebatas rasa iba dalam ucapan. Kemudian mengiriminya doa setelah shalat fardhu dilaksanakan. Dan saya tak lagi memikirkannya.

Ketika hari Jumat tiba tanggal 3 Juni 2022, berita tentang Eril dinyatakan meninggal dan kabarnya diserukan shalat ghaib untuk dirinya. Hati saya menjadi tersentuh. Entah kenapa ketika mendengar kata ‘meninggal’ hal pertama terbersit di kepala saya adalah mama. Yang saya pikirkan saat itu adalah betapa sakitnya hati Ridwan Kamil kehilangan orang yang ia cintai, anaknya. Ingatan tentang mama yang telah berpulang tiga tahun lalu memenuhi pikiran. Betapa pedihnya hati keluarga Ridwan Kamil. Kehilangan anggota keluarga adalah sesuatu yang sangat menyakitkan.

Di sepertiga malam, saya kebetulan terbangun dan tak lupa menyelipkan doa untuk Eril. Semoga dirinya ditemukan. Semoga dirinya ditemukan dalam keadaan selamat. Saya entah kenapa tetap mendoakan Eril untuk tetap hidup walau telah dinyatakan meninggal oleh pihak keluarganya.

Satu persatu kemudian saya mendapatkan berita tentang kehidupan Eril. Eril yang diceritakan oleh orangtuanya, sahabatnya, ustadz yang pernah mendidiknya, dosennya, dan perempuan yang dikasihinya. Kebaikan demi kebaikan yang pernah ia lakukan dikabarkan oleh mereka. Tentang dirinya yang mandiri, sangat menghormati guru, sikapnya yang low profile, kebaikan yang ia tebar lewat komunitas Jabar Bergerak Zillenial (JBZ), keaktifannya sebagai mahasiswa di kampus, menjadi asisten dalam mata kuliah, tugas akhir yang disusun dengan gagasan yang dapat membantu manusia di bidang kesehatan, serta tentang kecintaannya kepada air yang pada usia sebelas tahun telah direnungkannya. QS. Hud ayat tujuh tentang kuasa Allah atas perairan. Masyaa Allah. Kebaikan hidupnya tersingkap setelah ia tiada. Entah berapa banyak kebaikan lagi yang pernah ia lakukan.

Hingga tiba pada hari Jumat kembali, tertanggal 10 Juni 2022, di kamar yang menjadi istanaku setiap hari, saya membaca kabar tentang penemuan jasadnya di Bendungan Engehalde, Sungai Aare Swiss. Innalillahi wa innailaihi rajiun. Eril ditemukan dalam kondisi tak bernyawa, utuh, wangi seperti wangi eucalyptus dan tersenyum menoleh ke arah kanan. Begitulah sepenggal informasi yang terbaca. Tetiba hati menjadi sangat iba dan air dari mata tak terasa mengalir perlahan, tak dapat terbendung.

Yang saya pikirkan adalah betapa baik akhir hidupnya. Eril meninggal dalam kondisi tenggelam, pada saat ia sedang bersafar di Swiss mencari tempat untuk studi lanjutan bersama adiknya. Semoga Allah memasukkannya dalam golongan mati syahid dan husnul khatimah.

Kepergian Eril menyiramkan air keteladanan kepada bejibun manusia. Ada banyak kisah keteladanan di dunia ini. Ada banyak sekali. Dan darinya menambahkan satu contoh lagi. Menjadi manusia pilihan yang menegaskan kebesaran Allah, tentang menjadi hamba yang senang menebar kebajikan, akhir hidupnya diiringi simpatik dan doa kebaikan oleh jutaan manusia. Jasadnya yang tenggelam tetap utuh dan berbau wangi selama empat belas hari tidak ditemukan.

Dan Eril hanyalah manusia biasa. Diantara kebaikan yang tersingkap, dibaliknya bukan berarti ia tak punya salah. Namun tentang timbangan kebaikan dan kesalahan adalah ranah Allah yang menentukan. Disisa akhir usianya, kita semua diperlihatkan kejadian tentang perjalanan  manusia menuju sang pencipta dengan cara yang indah. Mungkin saja semua kebaikan yang pernah Eril lakukan, adalah kebaikan dengan ketulusan yang jernih untuk mengharap kemuliaan dari Tuhannya. Hingga pada akhirnya, Allah berikan balasan kemuliaan diakhir hidupnya, dan dimuliakan oleh penduduk dunia. Padahal banyak yang sama sekali tak mengenalnya. Begitu besarnya rahmat Allah kepada hamba-Nya.

Tentang kecintaannya kepada air, ia menarik kita untuk memahami lebih dalam konsep teologi air. Air sebagai sebentuk benda yang istimewa, dijadikan sebagai media terbentuknya kehidupan di jagat raya (QS. Hud: 7). Air sebagai bagian dari kehidupan manusia, yang tanpanya hidup manusia bisa menjadi sengsara, sehingga perlu untuk dijaga, perlu untuk dikelola dengan baik demi penghidupan yang layak untuk manusia. Kemudian air juga dijadikan manusia untuk bersuci. Suci untuk menyembah kepada ilahi. Atas kuasa Allah kita bisa hadir di muka bumi, dan kepada-Nya pula kita akan kembali. Dialah pemilik diri kita yang sejati.

Berbahagialah Eril. Yang mati muda. Meninggalkan jejak kebaikan. Tak semua orang bisa mendapatkan akhir hidup seperti demikian. Diiringi oleh banyak doa manusia. Diiringi dengan penuh kelembutan. Dan sangat dimuliakan. Engkau yang tertawan air dan begitu luar biasa menjadikan bejibun pasang mata menjadi berair. Kini, tenanglah dalam kedamaian. Kepergianmu meninggalkan keteladanan. Anak muda yang berdaya. Anak muda yang  beraksi, berkarya dengan setulus hati.

Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, kelak (Allah) Yang Maha Pengasih akan menanamkan rasa kasih sayang (dalam hati mereka).” – QS. Maryam : 96.

“Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula)” - QS. Ar-Rahman : 60

“Wahai manusia! Sesungguhnya kamu telah bekerja keras menuju Tuhanmu, maka kamu akan menemui-Nya” - QS. Al-Insyiqaq : 6

Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afii wa’fu’anhu.


Penulis,

Nurul Fathanah.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Masyaa Allah,,