Sabtu, 08 Juni 2019

Perkedel Lumer


Jumat, 7 Juni 2019.

Benar adanya bahwa kebahagiaan itu diciptakan, tidak hanya sekadar menunggu datangnya.
Dan moment langka telah tercipta :’D
Bersama orang-orang yang penuh kesibukan akhirnya dapat meluangkan waktu untuk meniti sepotong kisah di ruang yang sama.

Agenda untuk satu hari oleh lima orang manusia telah dibuat. Agenda yang telah terencana yang akan di mulai pagi hingga menjelang malam. Rundown acara sudah mantap. Sisa menunggu untuk dikerjakan.

Daaan, akhirnya mereka membuktikan citra manusia Indonesia yang ngaret jamnya-_-. 
Ini diluar ekspektasi. Namun, akhirnya hal-hal diluar dugaan bisa teratasi.

Singkat cerita dari kisah yang ada, rundown tak sesuai waktunya untuk dikerjakan :’). Dan semua orang mengabaikan :’D.
---

‘HARI MAKAN SUP UBI DI RUMAH’

Proses pembuatannya berjalan lancar. Semua orang bekerja. Btw, agenda ini diluar pengetahuan si Bulu dan Nyompa :v. 

Kenapa kita harus bekerja bersama sebelum menikmati sesuatu yang kita inginkan?
Agar hasil yag didapatkan lebih terasa karena proses yang dilakukan kita jalani bersama-sama.
Hasilnya lebih berkesan dan bermakna.

‘Ini sedikit filosofi kenapa kalau datang di rumah, lebih enak bikin makanan sendiri daripada langsung saji untuk tamu.
 Btw untuk orang-orang tertentu sih, hehe’

Lalu dari rangkaian pembuatan sup ubi, ada satu fragmen waktu yang seru dalam membuat pelengkap kenikmatan sup ubi ini.

Nurul : kenapa begini bentuknya? ‘merasa aneh karena adonan perkedel terlalu lembut sehingga sulit dibentuk’ :’v

Azizah : kelebihanki telurnya kukasih turun.

Sedikit jeda lalu...

Nurul : Ih kenapa seng begini jadina? ‘kembali merasa aneh karena adonan lumer di penggorengan, bentuk tak karu-karuan’ :v

Asra : Dilupaiki dilapisi telur.

Nyompa : Kenapa begitu caranya pegang spatula? ‘ini manusia yang tak kalah banyak komentar’ :} 

Kenapa itu spatula untuk perkedel dikasi ke cobek, nanti cobeknya rasa perkedelki ‘selalu memang ini orang satu menuntut kontektikan rasa-.-’

Bulu : Hemm, kekurangan garamki ini perkedel. Kayakna orang yang belum mau meni***h ini yang bikinngi ‘ngakak so hard’

Sedikit percakapan yang jika hanya sekadar dibaca akan terasa receh dan garing, namun tatkala sarat dimaknai percayalah nilai keseruannya memiliki harga yang tinggi.

But, siapa peduli? Haha yayaya, pembaca yang budiman punya kontrol skip dan penulis akan tetap merasa baik^^ 

So, finally in this story, semua bersuka cita menikmati kelezatan hasil dengan banyak proses yang telah dilalui dengan bersama-sama.
---
Kemudian the last, sesuatu terjadi, dan sedikit mengiris hati. 
Sedih melingkupi diri namun berusaha dikontrol dan memahami takdir yang terjadi.
Semoga saja Tuhan mengganti yang hilang dengan yang lebih baik dan membawa hikmah atas peristiwa yang hadir.
---

Atas kesederhanaan yang tercipta, telah melahirkan kemewahan rasa.

“Barusanku pergi di rumahna orang, baru kita sendiri yang disuruh masak” –Bulu’
“Janganki cuman pegang sapu, ke dalam maki pegang panci” –Nyompa
“Pergi beli mie telur, bukan mie dan telur, tapi mie merek mie telur” –Azizah
“Itu mami kah nurja? | Baa. | Ohiyo, kerjakanmi dih” –Asra

“TERIMA KASIH TEMAN-TEMAN, KALIAN LUAR BIASA”
*luar biasa bikin capek*
:’v

But I love to know you, more than you know.

Thanks for wonderful day^^

1 komentar:

Nyompaa mengatakan...

cerita yang menarik