Wanita dan Karir
(Pandangan Islam dan Persepsi Wanita Karir oleh Para Masyarakat)
Oleh : Nurul Fathanah
Perempuan merupakan makhluk yang
diciptakan dengan memiliki kedudukan istimewa dalam kehidupan sesuai dalam
pandangan islam. Perempuan ditinggikan derajatnya setara dengan laki-laki dan
menurut firman Allah dalam kitab Al-quran bahwa yang dinilai dari para semua
manusia baik laki-laki maupun perempuan adalah takwanya. Namun meskipun begitu,
pengkajian-pengkajian perempuan dalam Islam, dalam sebuah hadits dikatakan
bahwa perempuan lebih mulia tinggal di dalam rumah daripada berada di luar
rumah. Secara penafsiran, hadits ini merujuk pada aktivitas setelah perempuan menikah.
Ini memberikan makna bahwa perempuan diistimewakan untuk menjadi seseorang yang
berkiprah di lingkungan rumah untuk anak dan suaminya dibandingkan di luar
rumah. Menanggapi hal tersebut, dalam realita yang terjadi sekarang ini, justru
perempuan banyak berperan diluar rumah dan membantu suaminya dalam hal
finansial. Lalu bagaimanakah pendapat para narasumber terkait hal ini?
Narasumber yang diambil dari
beberapa orang dan kebanyakan dari kalangan yang seusia dengan penulis.
Drs. Syafri, M.Pd (50 tahun) = Tentang
wanita dan karir serta kaitannya dalam pandangan islam beliau mengatakan bahwa
ia tidak melarang istrinya untuk bekerja di luar rumah selagi ia masih bisa
menyeimbangkan pekerjaannya di rumah, dan mampu saling memberikan kesepahaman
terhadap suami.
Achmad Husein Nyompa (20 tahun) =
Hal tersebut tidak menjadi masalah bagi saya, jika nanti saya berkeluarga, saya
tidak akan membatasi istri saya untuk berkiprah di luar rumah karena hakikatnya
manusia adalah bergerak, menjadi seorang khalifah. Namun tapi dengan tetap
memperhatikan kewajiban-kewajiban utamanya di rumah, tidak mengabaikannya dan tidak
menjadikan alasan pekerjaan di luar rumah untuk malas melakukan tugasnya di rumah.
Wiwi Aulia (20 tahun) = Saya
bergantung dari suami saya nanti, jika dia tidak mengizinkan saya bekerja maka
saya akan mengikuti karena kelak nanti yang menjadi pemimpin keluarga adalah
seorang suami dan sebagai seorang istri harus patuh terhadap perkataannya
selama itu tidak melanggar syariat islam.
Sri Wahyuni (20 tahun) = Jika
nanti saya memiliki seorang suami dan melarang saya untuk bekerja karena maka
saya akan berusaha melobi dan menggunakan pandangan-pandangan rasional untuk
menyampaikan maksud dan keinginan saya, yang tetap merujuk dalam pandangan
Islam, karena kita tidak boleh parsial dalam memaknai sebuah hadits atau firman
Allah, karena sesungguhnya Allah menciptakan manusia di bumi agar kita baik perempuan
dan laki-laki sama-sama berlomba-lomba dalam mencari kebaikan. Jika perempuan
dibatasi hanya berkiprah di dalam rumah saja lantas bagaimana ia bisa
menyalurkan kemampuannya untuk mewujudkan kebermanfaatannya sebagai manusia?
padahal dalam sebuah hadits juga dikatakan bahwa sebaik-baik manusia adalah
manusia yang bermanfaat kepada sesama.
Asyifah Qalbi (19 tahun) = Menjadi seorang wanita karir itu adalah sebuah tanggungjawab, juga sebagai
manifestasi oleh firman Tuhan terhadap manusia sebagai khalifah. Oleh karena
itu, saya tidak sepakat jika perempuan dibatasi pergerakannya, karena di negara
kita sudah lama digaungkan emansipasi dan kesetaraan gender. Intinya, dalam
pergerakan tersebut tidak menzalimi diri dan tetap mengingat kewajiban untuk di
rumah jika telah menjadi seorang istri.
Dra. Jumiati, M.Pd (50 tahun) =
Tugas utama saya ada di rumah, pekerjaan saya di luar hanya sebagai pekerjaan
sampingan untuk mengisi waktu-waktu saya dan mengimplementasikan firman Tuhan
terhadap manusia baik laki-laki dan perempuan untuk sama-sama berfastabiqul
khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan). Oleh karen itu, perempuan jangan
dibatasi, namun tetap tahu diri atau sadar diri sebagai seorang yang punya
tanggungjawab yang besar di rumah di posisi sebagai seorang istri.
Terhadap
narasumber yang lain, kebanyakan juga mengatakan bahwa perempuan tidak boleh
dibatasi karena kita telah berada dalam negara dengan payung emansipasi dan
kesetaraan gender. Dalam memaknai sebuah teks agama, sebagai manusia yang
diberikan nalar atau pikiran untuk berpikir rasional, kita harus bisa
menejermahkan teks tersebut secara holistik dan tidak parsial agar pemahaman
kita terhadap teks tersebut yang dikaitkan terhadap konteks yang ada tidak bias
dan tepat sesuai hal yang dimaksudkan. Memandang keadaan realitas sekarang
juga, kita harus bisa memandang kebutuhan yang ada. secara universal manusia
diharuskan untuk terus bergerak sebagai seorang khalifah (QS. AL-Baqarah:30) agar
mampu memberikan perubahan yang baik terus-menerus. Dan terhadap
peranan-peranan yang diemban baik laki-laki maupun perempuan terkhusus di ranah
atau posisi sebagai seorang suami atau istri juga harus mampu diseimbangkan
terhadap pekerjaannya, keduanya harus memiliki kesepahaman yang baik dalam
mengambil setiap keputusan, agar mahligai rumah tangga senantiasa dalam kondisi
sakinah, mawaddah, warahmah, dan mampu menjadikan diri mereka sebagai
fasilitator bagi generasi-generasi yang lahir dari keduanya sehingga dengan
adanya generasi tersebut yang dididik oleh orang-orang yang memiliki
kebijaksanaan dan pemahaman yang matang
dan cemerlang mampu membangun peradaban yang maju dan lebih jaya. Dan perempuan
adalah kuncinya. Jika ingin menjadikan negara baik, maka perempuan harus punya
perilaku yang baik. Oleh karena itu, para perempuan-perempuan harus berusaha
menjadikan dirinya sebagai perempuan yang cerdas, memiliki wawasan yang luas
dan terbuka, dan berakhlak mulia sehingga mampu membangun negara dengan
lahirnya generasi-generasi cemerlang dari rahimnya.
0 komentar:
Posting Komentar