Senin, 03 Juni 2019

The great time with ‘Letting’

Ahad, 2 Juni 2019

Undangan buka puasa bersama hari ini: Kawan seperjuangan SMA, SMP, dan SD.
Komplit begitu dalam sehari :’D

‘Di penghujung ramadan tahun 2019 ini, semesta menaburkan kasih yang begitu berarti’

Sebelum bercerita tentang pengalaman hari ini, kuingin mengabarkan sebuah perkara penting untuk diri setiap individu masing-masing. Walau ini lumrah dan mungkin sebagian manusia menyadari, namun tidak apa-apa, setidaknya menjadi sebuah pengingat atas fakta yang ada. Bahwa;

“untuk menemukan diri yang berada dalam lingkup positif, terjaga dalam semangat yang baik, terhindar dari perasaan jenuh yang pelik, salah satu yang perlu adalah kita butuh untuk memperkuat relasi. Kita perlu menembus batas diri agar tetap mampu mencapai kohesi sehingga jarak tak terlampau terbangun dengan tinggi”

Kenapa demikian? Lagi-lagi tujuan utamanya adalah untuk kebaikan diri. Hal itu adalah soal yang krusial alias yang penting dari yang paling penting. Dari sekian pengalaman yang ada, dalam menemukan kesenangan diri, dalam menemukan ketenangan hati, perasaan positif, ketika saya melakukan introspeksi diri, jawaban yang paling kuat untuk menjawab perkara itu adalah terkait dengan adanya RELASI. Melakukan hal-hal yang hanya melibatkan diri sendiri untuk menemukan perasaan tenang di hati seperti baca buku, main gadget (game), atau hal-hal lain yang hanya diri sendiri menjadi pelakonnya itu tidak lebih besar memberikan pengaruh dibanding menjadi manusia yang melakukan aktivitas bersama orang lain.

Nilai penting apa yang ingin saya sampaikan(?) Bahwa kita perlu untuk senantiasa bersosial, entah dengan aktivitas apa, bukan hanya dimaksudkan untuk kepentingan diri semata tapi sebagai sebuah aktivitas yang membawa dampak baik untuk sesama. Sekadar bertegur sapa dengan singkat, melempar senyum dengan ramah, adalah satu hal yang bukan hanya memberi energi positif bagi diri kita namun juga membawa satu energi yang baik bagi mereka yang diberi senyum atau sapa. Hal ini sangat lumrah bukan(?) namun seringkali kita alpa menyadarinya sehingga luput dalam tindakan. Dan itu hanya persoalan yang kecil, namun mampu memberikan feedback yang positif. Lalu bagaimana dengan aktivitas besar yang lain(?)
-----

Oke kawanku sekalian, hari ini penuh dengan suasana hati yang menyenangkan. Tentang pertemuan bersama teman-teman seperjuangan, biasanya we called that ‘teman letting’ atau yang artinya teman angkatan. Hari ini tiga ranah tingkatan sekolah mulai dari SD, SMP, dan SMA semuanya memanggil untuk hadir bersua. Namun, raga ini hanya satu :’) dan semua undangan itu memanggil untuk hadir di satu waktu. Hiks gimana caranya?haha. Dan ku mencoba untuk mengusahakan diri menghadiri undangan itu. Dan apa yang terjadi kawan pembaca sekalian(?) Simak cerita sampai akhir ^^
Pertama, kunjungan awal diberikan special untuk undangan SMA. Ranah yang kenangannya membawa bekas paling mendalam pada ingatan dan perasaan. Kegiatan ini dirancang lama oleh teman-teman dan memiliki susunan kepanitiaan *saking diharapnya kegiatan ini hadir dengan penuh kesan*. Saya merasa salut kepada mereka yang telah meluangkan waktu untuk mengurusi agenda pertemuan ini sejak sebulan yang  lalu hingga terselenggaranya kegiatan ini. Teman-teman yang merupakan ‘panitia’ dari kegiatan ini yang juga adalah teman seperjuangan dari kami benar-benar memiliki empati yang besar. Apa yang mereka harapkan? Hanya agar kami semua, para teman seperjuangan dalam satu angkatan bisa bersua, kembali mengikat erat persaudaraan, hanya agar silaturrahmi tetap berjalan, mereka rela menghabiskan waktu untuk memikirkan kegiatan ini agar berjalan sesuai harapan. Mulia jiwa mereka, semoga Tuhan memberikan pahala yang berlimpah, aamiin.

Kegiatan reuni dengan teman-teman SMA dilaksanakan dua hari. Jadi rangkaian pertama di hari sebelumnya adalah bakti sosial yang berlokasi di desa Pasorongi kabupaten Bantaeng. Kemudian puncaknya pada hari ini, yang berlokasi di Hotel Kirei, Jl. Lanto dg Pasewang, kab. Bantaeng.

Keduanya menawarkan kesenangan tersendiri.

“dan apa yang terasa di hati tidak akan pernah benar-benar tersampaikan dengan kata secara rinci.”

Begitulah cerita tentang cinta kasih. Cinta kasih dalam hal ini adalah diperuntukkan kepada mereka teman seperjuangan yang pernah tiga tahun menemani.

Menurut seorang penulis bernama al-Kalabadzi, yang banyak mencatat pendapat sejumlah ulama sufi, ia berkata bahwa;

“pengalaman semacam cinta adalah mustahil untuk disebutkan dengan kata yang tepat, apalagi untuk dijelaskan” dan “hanya mereka yang mengalami, yang mampu sepenuhnya memahami”

Dan saya percaya bahwa atas dasar cintalah yang tertanam di hati para teman-teman sehingga melahirkan empati mereka untuk bisa berusaha menghadirkan kegiatan ini, untuk mencipta keeratan silaturrahmi.

Begitu pula dengan teman-teman SD dan SMP, fakta bahwa karena adanya hasrat sosial yang besar, hasrat berbagi, hasrat membangun ukhuwah yang tinggi sehingga berusaha memperadakan acara buka puasa bersama pada hari ini. Walau tak sempat keduanya di hadiri:’) saya merasa terenyuh melihat mereka semua yang penuh empati.
Sehingga hanya dengan kata;

 “BAHAGIA”

sekiranya yang mampu menjadi penanda rasa yang ada^^

*Terima kasih telah menjadi bagian dari hidup Nurul Fathanah HEHE:’D*
---

Selalu ada cerita berharga dari pelbagai situasi, dari banyak kondisi, dari kejadian-kejadian yang hadir.

Pelajaran yang bisa dipetik hari ini

“untuk hidup dengan baik, dengan dipenuhi perasaan positif, selain pikiran yang harus selalu ditata baik, juga harus didukung dengan gerak tindakan untuk menyeimbangi. Tindakan yang tidak melulu tentang diri sendiri, namun juga tentang orang lain”

Sekian^^


BAKSOS


KING 2R16


AUTEMISA (Amicitium est utilis eternus mipa 1)


PMR WIRA angk. 10


Teman SDN 25 Panaikang


Teman SMPN 3 Tarowang

0 komentar: