SABTU, 14 APRIL 2019
Pertemanan itu tak perlu muluk-muluk. Tak perlu
terlalu tegang. Tak perlu terlalu fanatik. Kita hanya perlu saling menjaga,
memahami satu sama lain dan kau akan bertahan hingga nanti, hingga hanya waktu
yang akan memisahkan. Aamiin. Dan semuanya hanya tentang kemauan, jika ingin
mencipta bahagia yang pertama adalah niat. Sejauh apapun jarak, semepet apapun
waktu, jika kita mau, dan kita usahakan, insya Allah akan mewujudkan yang kita
harap.
Nurul, Asra, Azizah.
Tidak ada yang istimewa dari kami bertiga. Kami
hanya manusia-manusia biasa, gadis-gadis yang sedang bertumbuh dewasa seperti gadis
kebanyakan, dan memilih menjalani kehidupan dengan kebersamaan yang kami bangun
dengan sederhana. Tidak setiap saat. Karena kami tahu kami punya kesibukan yang
berbeda. Sangat jelas karena institusi kami berbeda, tempat kami mengabdi untuk
menimba ilmu dalam membangun kualitas diri itu adanya berbeda. Namun itu tidak
menjadi alasan untuk tidak memiliki kohesi atau jalinan hubungan yang erat.
Tak selalu bahagia pula. Dinamika yang kami rasa
yang telah kami lalui kurang lebih 5 tahun kami bersama-sama begitu membekas
dalam perasaan. Kami pernah tak sengaja saling menyakiti dengan ucapan, juga
perbuatan yang kami lakukan. Rasanya bermacam-macam. Dan kami bukan wonder
woman yang tahan dari tikaman rasa sakit yang ada. Kami pernah menuai tangis bersama,
dengan alasan-alasan yang bermacam, perlakuan yang tak mengenakkan. Ya, itu lumrah
dan berusaha kami hindarkan karena tak pernah jadi keinginan. Saat kami
merasakan, hal yang dilakukan adalah memahami bahwa naik turun hubungan
pertemanan adalah sebuah keniscayaan. Dan khilaf tak pernah luput dari raga
manusia.
Kesepahaman itu sangat penting adanya.
Keterbukaan menjadi kuncinya.
Konsekuensi ketika kita memilih, dalam dimensi apapun
itu, entah dalam hubungan pertemanan, memilih lingkungan perkumpulan, dan
lain-lain semacamnya, bahwa tidak hanya ada bahagia yang kita harap untuk kita temu,
namun juga akan ada derita yang kadang membuat sendu.
Saling peduli, saling percaya, saling menguatkan
selalu.
-----
Jadi waktu itu, setelah shalat isya berangkat
menuju sebuah tempat makan yang berada di dalam tempat perbelanjaan yang besar
(mall). Lalu kami terpisah, saya berboncengan bersama azizah dan asra sendirian.
Sangat dramatis cerita ini:’D. Kemudian saya bersama zizah sampai duluan di
depan tempat itu dan kehilangan komunikasi dengan asra. Jaringan saya error, azizah pun begitu. Mencoba untuk memakai kartu cadangan
untuk menelfon namun ternyata naas, tepat waktu itu pulsanya juga sedang
kosong. Hingga pada akhirnya sebuah ide datang. Saya me-misscall nomor bapak
saya dan akhirnya menelfon balik ke saya. Saya minta tolong untuk menelfon asra
dan memberitahu keberadaan saya lalu memintanya untuk menemui saya dan azizah
di tempat kami menunggu. Dan akhirnya semua berjalan lancar dan bertemulah
kami. Hahaha. Kira-kira saat-saat itu menghabiskan waktu hampir 30 menit.
Cemas-cemas sayup-sayup mengetuk perasaan, hampir saja rencana tak
terealisasikan namun alhamdulillah Tuhan memberikan pertolongan.
Kemudian pasca makan, kami berjalan-jalan,
menyusuri tenant yang ada disana, menemani azizah berbelanja. Wkwk. Membuat
story, memvideokan perjalanan, tertawa-tawa, berlagak bak youtubers, seperti
itu kami saat itu’D. Rasanya kebahagiaan begitu memeluk erat perjalanan kami
hari itu.
Bukan sesuatu yang mewah memang, hanya alasan berusaha
berbagi kesederhanaan rasa, kami disini berada, bertiga, tanpa memikirkan
banyak apa-apa. Hanya sekadar itu; bahwa seseorang membutuhkan teman, teman
yang dapat mengerti kita, memahami kita dari segala arah, teman untuk bersama
menikmati kehidupan agar hidup dapat terasa berkesan dan lebih bermakna.
Terima kasih atas keseruannya.

0 komentar:
Posting Komentar