Senin, 27 Mei 2019

QTIME

SABTU, 14 APRIL 2019

Pertemanan itu tak perlu muluk-muluk. Tak perlu terlalu tegang. Tak perlu terlalu fanatik. Kita hanya perlu saling menjaga, memahami satu sama lain dan kau akan bertahan hingga nanti, hingga hanya waktu yang akan memisahkan. Aamiin. Dan semuanya hanya tentang kemauan, jika ingin mencipta bahagia yang pertama adalah niat. Sejauh apapun jarak, semepet apapun waktu, jika kita mau, dan kita usahakan, insya Allah akan mewujudkan yang kita harap.

Nurul, Asra, Azizah.

Tidak ada yang istimewa dari kami bertiga. Kami hanya manusia-manusia biasa, gadis-gadis yang sedang bertumbuh dewasa seperti gadis kebanyakan, dan memilih menjalani kehidupan dengan kebersamaan yang kami bangun dengan sederhana. Tidak setiap saat. Karena kami tahu kami punya kesibukan yang berbeda. Sangat jelas karena institusi kami berbeda, tempat kami mengabdi untuk menimba ilmu dalam membangun kualitas diri itu adanya berbeda. Namun itu tidak menjadi alasan untuk tidak memiliki kohesi atau jalinan hubungan yang erat.

Tak selalu bahagia pula. Dinamika yang kami rasa yang telah kami lalui kurang lebih 5 tahun kami bersama-sama begitu membekas dalam perasaan. Kami pernah tak sengaja saling menyakiti dengan ucapan, juga perbuatan yang kami lakukan. Rasanya bermacam-macam. Dan kami bukan wonder woman yang tahan dari tikaman rasa sakit yang ada. Kami pernah menuai tangis bersama, dengan alasan-alasan yang bermacam, perlakuan yang tak mengenakkan. Ya, itu lumrah dan berusaha kami hindarkan karena tak pernah jadi keinginan. Saat kami merasakan, hal yang dilakukan adalah memahami bahwa naik turun hubungan pertemanan adalah sebuah keniscayaan. Dan khilaf tak pernah luput dari raga manusia.

Kesepahaman itu sangat penting adanya.

Keterbukaan menjadi kuncinya.

Konsekuensi ketika kita memilih, dalam dimensi apapun itu, entah dalam hubungan pertemanan, memilih lingkungan perkumpulan, dan lain-lain semacamnya, bahwa tidak hanya ada bahagia yang kita harap untuk kita temu, namun juga akan ada derita yang kadang membuat sendu.
Saling peduli, saling percaya, saling menguatkan selalu.
-----
Jadi waktu itu, setelah shalat isya berangkat menuju sebuah tempat makan yang berada di dalam tempat perbelanjaan yang besar (mall). Lalu kami terpisah, saya berboncengan bersama azizah dan asra sendirian. Sangat dramatis cerita ini:’D. Kemudian saya bersama zizah sampai duluan di depan tempat itu dan kehilangan komunikasi dengan asra. Jaringan saya error, azizah pun  begitu. Mencoba untuk memakai kartu cadangan untuk menelfon namun ternyata naas, tepat waktu itu pulsanya juga sedang kosong. Hingga pada akhirnya sebuah ide datang. Saya me-misscall nomor bapak saya dan akhirnya menelfon balik ke saya. Saya minta tolong untuk menelfon asra dan memberitahu keberadaan saya lalu memintanya untuk menemui saya dan azizah di tempat kami menunggu. Dan akhirnya semua berjalan lancar dan bertemulah kami. Hahaha. Kira-kira saat-saat itu menghabiskan waktu hampir 30 menit. Cemas-cemas sayup-sayup mengetuk perasaan, hampir saja rencana tak terealisasikan namun alhamdulillah Tuhan memberikan pertolongan.

Kemudian pasca makan, kami berjalan-jalan, menyusuri tenant yang ada disana, menemani azizah berbelanja. Wkwk. Membuat story, memvideokan perjalanan, tertawa-tawa, berlagak bak youtubers, seperti itu kami saat itu’D. Rasanya kebahagiaan begitu memeluk erat perjalanan kami hari itu.
Bukan sesuatu yang mewah memang, hanya alasan berusaha berbagi kesederhanaan rasa, kami disini berada, bertiga, tanpa memikirkan banyak apa-apa. Hanya sekadar itu; bahwa seseorang membutuhkan teman, teman yang dapat mengerti kita, memahami kita dari segala arah, teman untuk bersama menikmati kehidupan agar hidup dapat terasa berkesan dan lebih bermakna.

Terima kasih atas keseruannya.


0 komentar: