Senin, 27 Mei 2019

Pendidikan Multikultural

"TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN"








OLEH :

NURUL FATHANAH
(105431104816)
SAHRAWATI NURDIN
(105431103116)





PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019


A.  Latar Belakang
Salah satu aspek yang paling penting untuk dipahami oleh guru dalam pembelajaran adalah karakteristik siswa yang tingkat keberagaman dan latar belakangnya berbeda. Sebagaimana diketahui bersama bahwa kelompok struktural dalam multikultural dapat diidentifikasi melalui enam kategori, yakni; suku, ras, bahasa, status sosial, religi, dan letak geografis. Keenam kategori ini memiliki equity dan equlity, persamaan dan keadilan hak untuk mendapatkan pembelajaran dalam kehidupan bernegara. Indonesia yang merupakan salah satu negara yang multikultural terbesar di dunia ini memiliki kurang lebih 13.000 pulau besar dan kecil, dan jumlah penduduk kurang lebih 200 juta jiwa, terdiri dari 300 suku yang menggunakan hampir 200 bahasa yang berbeda. Kebenaran hal tersebut dapat dilihat dari sosio kultur maupun geografis yang begitu beragam dan luas. Selain itu juga masyarakat Indonesia menganut agama dan kepercayaan yang beragam seperti Islam, Katholik, Kristen protestan, Hindu, Budha, Konghucu, serta berbagai macam kepercayaan.
Wacana pendidikan multikultural adalah salah satu isu yang mencuat ke permukan di era globalisasi seperti saat ini Pendidikan sebagai ruang tranformasi budaya hendaknya selalu mengedepankan wawasan multikultural, bukan monokultural. Untuk memperbaiki kekurangan dan kegagalan, serta membongkar praktik-praktik diskriminatif dalam proses pendidikan. Dalam konteks pendidikan, bahwa semua persoalan dalam masyarakat akan bisa diperbaiki melalui proses pendidikan. Artinya kegagalan masyarakat adalah kegagalan pendidikan dan sebaliknya. Dengan demikian, dalam mengatasi segala problematika masyarakat sebaiknya dimulai dari penataan secara sistemik dan metodologis dalam pendidikan. Salah satu komponen dalam pembelajaran adalah Proses belajar mengajar (pembelajaran). Untuk memperbaiki realitas masyarakat, perlu dimulai dari proses pembelajaran. Multikultural bisa dibentuk melalui proses pembelajaran, yaitu dengan menggunakan pembelajaran berbasis multikultural. Yaitu proses pembelajaran yang lebih mengarah pada upaya menghargai perbedaan diantara sesama manusia sehingga terwujud ketenangan dan ketentraman tatanan kehidupan masyarakat.
Pembelajaran multikultural adalah sebuah proses pembelajaran yang dapat membimbing, membentuk dan mengkondisikan siswa agar memiliki mental atau karakteristik terbiasa hidup ditengah-tengah perbedaan yang sangbat kompleks, baik perbedaan ideologi, perbedaan sosial, perbedaan ekonomi dan perbedaan agama. Dengan pembelajaran mutikultural para lulusan akan dapat memiliki sikap kemandirian dalam menyadari dan menyelesaikan segala problem kehidupannya, melalui berbagai macam cara dan strategi pendidikan serta mengimplementasikanya yang mempunyai visi dan misi yang selalu menegakan dan mnenghargai pluralisme, demkrasi dan humanisme. Diharapkan para generasi penerus menjadi ”Generasi Multikultural” yang menghargai perbedaan, selalu menegakan nilai-nilai demokrasi, keadilan dan kemanusiaan yang akan datang.
Secara mendalam mempelajari tentang pembelajaran multikultural, hal-hal yang bisa dikaji dalam pembelajaran ini adalah salah satunya mengenai tentang tingkat pemahaman siswa yang pada dasarnya selalu memiliki perbedaan. Ini pula dapat menjadi satu kajian mendalam bagi para pendidik untuk merumuskan solusi dari kondisi ini yang tentunya adanya perbedaan tersebut di latar belakang oleh banyak persoalan. Oleh karena itu, mengacu pada persoalan tersebut penulis mengambil judul kajian penelitian tentang pembelajaran multikultural yakni “Mengkaji Tingkat Pemahaman Siswa Dalam Pembelajaran PPKn Kelas VII.1 di SMPN 3 Tarowang”

B.  Rumusan Malasah
Adapun rumusan masalah dari penelitian yang dilakukan adalah “Bagaimanakah tingkat pemahaman siswa dalam pembelajaran PPKn kelas VII.1 di SMPN 3 Tarowang?

C.  Pengumpulan Data
Dari penelitian ini, penulis melakukan pengumpulan data dengan menggunakan metode  observasi dan wawancara. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara semi terstruktur yakni wawancara yang dilakukan dengan beberapa pertanyaan yang telah disusun namun pada saat mewawancarai pertanyaan itu kemudian berkembang ditengah melakukan wawancara hingga menemukan jawaban  yang jelas terkait persoalan yang dikaji.  

D.  Pengelolaan Data
Pengelolaan data dalam penelitian ini digunakan teknik analisis data dengan model miles dan huberman atau teknik analisis data kualitatif. Dalam analisis data kualitatif terdiri atas tiga alur yaitu, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi (Sugiyono, 2010:246)
1.      Reduksi data (Data Reduction)
Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data awal yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data ini berlangsung secara terus-menerus selama penelitian kualitatif berlangsung. Selama proses reduksi data berlangsung, tahapan selanjutnya ialah:
a.    Mengkategorikan data (Coding) ialah upaya memilah-milah setiap satuan data ke dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan (Moleong, 2011: 288).
b.    Interpretasi data ialah pencarian pengertian yang lebih luas tentang data yang telah  dianalisis atau dengan kata lain, interpretasi merupakan penjelasan yang terinci tentang arti yang sebenarnya dari data penelitian (Hasan, 2002: 137).
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pemilihan data yang diperoleh pada saat penelitian mengenai persepsi pemustaka tentang peternakan, daun pepaya dan sistem imun pada ayam, kemudian data tersebut diklasifikasikan dan dipilih secara sederhana.
2.      Penyajian data (Data Display)
Pada tahap ini, peneliti mengembangkan sebuah deskripsi informasi tersusun untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data yang lazim digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk teks naratif. Maksud dari teks naratif ialah peneliti mendeskripsikan informasi yang telah diklasifikasikan sebelumnya mengenai persepsi pemustaka tentang tepung daun pepaya sebagai vitamin dalam meningkatkan imunitas untuk meminimalisir angka moratalitas pada ayam fase starter yang kemudian dibentuk simpulan dan selanjutnya simpulan tersebut disajikan dalam bentuk teks naratif.
3.      Penarikan simpulan (Conclusion/Verying)
Peneliti berusaha menarik simpulan dan melakukan verifikasi dengan mencari makna setiap gejala yang diperolehnya dari lapangan, mencatat keteraturan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur kausalitas dari fenomena dan proporsi. Pada tahap ini, penulis menarik simpulan dari data yang telah disimpulkan sebelumnya, kemudian mencocokkan catatan dan pengamatan yang dilakukan penulis pada saat penelitian.

         Pada proses penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan menggunakan metode observasi dan wawancara, mengenai tentang kajian tingkat pemahaman siswa dalam pembelajaran PPKn di kelas VII.1, data yang diperoleh adalah sebagai berikut.   Dalam pengamatan yang dilakukan penulis melihat saat guru memasuki ruang kelas siswa ia melakukan tahapan awal Proses Belajar Mengajar (PBM) dengan seperti biasanya yang sering dilakukan oleh setiap guru yakni memberikan salam, lalu memerintahkan ketua kelas untuk menyiapkan teman-teman kelasnya sebelum memulai pembelajaran. Lalu guru melakukan apersepsi kepada siswa tentang pembelajaran yang lalu yang telah diajarkan. Jumlah siswa yang terdapat di ruang kelas VII tersebut adalah sebanyak 20 orang namun yang hadir hanya 14 orang, hari Rabu 8 Mei 2019, pukul 11.00-11.45 WITA. Kemudian selain itu, saat memulai pembelajaran inti terlihat guru mengecek catatan para siswa lalu setelah dicek memberi perintah untuk melanjutkan catatan materi yang ada di buku paket PPKn hingga beberapa halaman. Dalam satu pertemuan itu siswa hanya terlihat diberikan pengajaran seperti itu tanpa ada pembahasan lebih lanjut oleh sang guru. Dan setelah jam pembelajaran selesai, guru kemudian memerintahkan siswa untuk menyiapkan siswa untuk pulang.
Hasil wawancara yang diperoleh diketahui bahwa ternyata dalam metode pembelajaran yang dilakukan guru menggunakan dua cara yaitu menggunakan metode menyalin atau mencatat materi yang ada dalam buku paket untuk satu pertemuan kemudian dalam pertemuan selanjutnya menggunakan metode ceramah yakni akan dibahas tuntas mengenai tentang materi yang telah dicatat.
Terkait objek penelitian yang dilakukan yakni mengkaji tingkat pemahaman siswa, didapatkan pemerolehan data bahwasanya dari keseluruhan siswa yang ada di kelas VII.1 yang mampu paham materi yang diberikan hanya sekitar 40% dan kebanyakan didominasi oleh perempuan. Fakta ini didukung oleh hasil wawancara dengan siswa secara langsung bahwa kebanyakan yang sering mengulang pembelajarannya adalah perempuan, laki-laki diketahui bahwa setelah proses pembelajaran selesai baik di sekolah maupun di rumah tidak pernah mengulang kembali pembelajaran yang dilakukan. Kemudian, cara guru mengetahui siswa yang telah paham dan yang belum adalah dengan menggunakan sistem evaluasi tes. Dikatakan oleh guru bahwa pada saat tes berlangsung semua buku baik catatan atau paket di simpan di depan dekat meja sang guru sehingga proses kecurangan yang dapat terjadi saat proses evaluasi bisa terminimalisir. Namun dari pengakuan siswa saat diwawancarai ada beberapa yang masih melakukan aksi curang atu mencontek saat evaluasi dan ini kebanyakan dari laki-laki. Dan hasil terakhir yang didapatkan dalam proses wawancara guru dan siswa adalah bahwa ketika guru telah mengetahu masih banyak siswa yang belum memahami dengan baik materi yang diajarkan, sang guru memberikan tugas tambahan untuk dikerjakan di rumah.
           
E.    Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai tingkat pemahaman siswa terhadap pelajaran PPKn di kelas VII.1 SMPN 3 Tarowang adalah para siswa belum keseluruhan mampu memehami dengan baik pelajaran yang diberikan oleh guru. Dari keseluruhan siswa yang ada, jika dipersenkan jumlah yang paham dengan baik pembelajaran PPKn yang diajarkan adalah hanya sebanyak 40%. Guru dalam menilai tingkat pemahaman siswa menggunakann teknik evaluasi tertulis dan untuk siswa yang belum memahami lebih mendalam pelajaran PPKn yang diberikan mendapatkan tugas tambahan sebagai bentuk usaha agar siswa mampu lebih belajar dan mendalami materi yang diberikan oleh guru.

F.   Daftar Pustaka
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. ALFABETA, cv. Bandung.
Kompas Online . 2018      

G. Lampiran
1. Pertanyaan wawancara (Semi terstruktur)
   a. Guru.
1.      Metode pembelajaran apa yang sering digunakan dalam pembelajaran?
2.      Apakah Anda mengetahui siswa yang paham dan yang tidak paham dalam pembelajaran yang Anda berikan?
3.      Apa indikator Anda dalam menilai siswa yang paham dan yang tidak paham dalam pembelajaran yang Anda berikan?
4.      Apa yang Anda lakukan saat mengetahui masih ada siswa yang belum paham dengan pembelajaran yang Anda berikan?
5.      Seberapa banyak persentase terhadap siswa yang memahami pembelajaran?
6.      Bagaimana cara Anda dalam meningkatkan pemahaman siswa?
b.   Siswa
1.      Apakah Anda belajar sebelum mata pelajaran dimulai?
2.      Apakah Anda sering mengulang/mempelajari sendiri pelajaran yang telah diberikan di sekolah?
3.      Apakah Anda sering belajar bersama dengan teman Anda untuk mengulas ulang pelajaran yang telah guru berikan?
4.      Apa yang Anda lakukan setelah pelajaran telah diikuti?
5.      Sepulang di rumah apa yang sering Anda lakukan setelah belajar di sekolah? Apakah Anda menyukai pelajaran ini?
6.      Apakah Anda bertanya jika tidak memahami pelajaran yang diberikan oleh guru?

0 komentar: