Aku selalu percaya bahwa setiap rasa yang hadir
dari diri seorang manusia adalah ketetapan takdir yang telah dicipta oleh sang
pelukis semesta. Adanya rasa kasih yang diberi oleh satu insan kepada insan
yang lain adalah tak lepas dari campur tangan sang pencipta. Kehendak yang ada
pada diriku senantiasa kusandarkan pada Dia penentu hidup. Segala keinginan
yang ada pada diriku semuanya kusampaikan pada Dia sebagai sang pengabul setiap
harapan. Setiap aspek yang kumiliki di hidup ini adalah titipan dari-Nya. Dan kusadari
bahwa diriku pula adalah milik-Nya, bukan mutlak milikku seorang.
Selayaknya aku tak menyombongkan apa-apa. Seyogianya
semuanya dijalani, didekap, ditunjukkan dengan penuh kesederhanaan. Karena aku
bukanlah siapa-siapa.
Jika di kalangan penghuni bumi menganggap diri ini
adalah apa-apa, jika dari sekian banyak orang menaruh simpatik, keseganan,
perhatian, et cetera, sesungguhnya
semuanya hanyalah sebuah ujian semata.
Aku milik-Nya, bukan
milikku.
Aku digenggam oleh-Nya, aku
tak berada penuh dalam genggaman kuasaku.
Aku hadir karena-Nya dan
akan kembali menghadap-Nya.
Maka berjalanlah di bumi-Nya dengan langkah yang
seharusnya. Berbuatlah dalam tataran yang sewajarnya. Berlakulah dalam koridor
yang telah ditentukan-Nya.
Begitulah idealnya yang semestinya ada.
Namun tantangan selalu hadir menghadang, menjadi
sesosok makhluk yang mencoba mengikuti jalan yang ditunjukinya adalah bukan sesuatu
yang mudah. Nafsu yang ada pada diri, godaan yang hadir di luar jangkauan diri,
semuanya menjadi tantangan yang dijalani.
Dan terhadap segala yang mengganggu perjalanan
kita menuju panggilan sang khalik, perjalanan kita menuju mati, semoga dapat
kita atasi yang lagi-lagi dengan selalu mengharap pertolongan sang ilahi.
Semoga kita menjadi golongan yang berhasil.
Aamiin.

0 komentar:
Posting Komentar