BERDIRI DI ATAS BENDERA KEMANUSIAAN.
Semua orang bisa
bersatu tanpa memandang skala suku, etnis, ras, agama, dan pengkelas-kelasan
yang lainnya, semua bisa berada dalam satu kekeluargaan atas nama ‘KEMANUSIAAN’.
Menjadi bahagia
tak hanya dapat dihitung dari seberapa besar materi yang kau punya, namun
mendefinisikan kata ‘bahagia’ dapat kau temukan sesederhana kau memberikan
senyuman kepada sesama, kau berlaku santun dan ramah, atau memberi perhatian kepada
mereka yang sedang sakit atau terkena musibah. Semuanya hanya berbicara tentang
kepedulian kepada sesama. Dan dari kepedulian itu manusia bisa merasakan sebuah
kebahagiaan.
Memberi peduli berarti
memberi bahagia.
Dan berlaku baiklah kepada sesamamu. Perumpamaan sebagai sesama manusia yang bersaudara, dinukil dari sebuah hadits "kaum muslimin itu seperti satu tubuh, jika ada satu anggota tubuh yang sakit maka seluruh anggota badan yang lain ikut merasakan" dan selaras pula dengan hadits ini "Orang mukmin dengan mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain..."[Shahih Muslim No. 4684]
Lalu ditarik dalam konteks yang luas; yang tidak hanya merupakan dari kalangan kita namun dari banyak orang yang membutuhkan kebaikan dari pertolongan kita seperti yang terjadi pada gempa di lombok, gempa dan tsunami di palu,
donggala dan sekitarnya, menjadi contoh dari tragedi kehidupan yang membawa
manusia yang berada diluar dari daerah tersebut untuk saling bergotong royong
membantu sebagai sesama saudara yang diikat dalam satu kelas yang disebut ‘kelas
kemanusiaan’ tanpa memandang klaster yang lebih spesifik seperti suku, ras dan
agama. Dan kepedulian itu tentunya membawa kesan bahagia bagi mereka yang mendapatkan
peristiwa bencana karena mendapatkan kepedulian dari sesamanya .
Seperti itu pulalah rasa hati dari seorang perempuan
yang memiliki ibu yang sedang sakit dengan derajat penyakit stadium empat kemudian
mendapatkan kepedulian dari banyak teman dan kerabat.
Terima kasih atas
kepeduliannya.
Tidak ada kata yang paling agung untuk diucapkan
kecuali TERIMA KASIH YANG BANYAK kepada mereka yang telah memberi waktu walau untuk
sekadar memberikan motivasi semangat, meluangkan waktu
menjenguk ditengah padatnya rutinitas mereka, bahkan sampai repot-repot
membawakan bingkisan makanan.
Perempuan itu merasa berada dalam ruang gelap yang
dihiasi bintang-bintang. Duka yang dibaur keindahan. Kesedihan yang didekatkan dengan kebahagiaan. Perempuan itu
berkalung derita batin yang kemudian ditaburi perhatian atas kepedulian
sehingga melahirkan sebuah ketenteraman pada perasaan.
Hal ini cukup berharga dan
berkesan.
Dari dalam hati perempuan
itu ia memanjatkan doa; semoga segala perhatian yang diberikan dan atas setiap
kebaikan yang telah dilakukan mendapatkan balasan yang lebih baik dari-Nya.
Meski dikata berat, meski dirasa sulit,
meski banyak orang berkata bahwa menjadi diri perempuan itu adalah kondisi perjalanan
hidup yang rumit, namun satu yang dipercayai “SEMUA YANG DIALAMI SUDAH DALAM
KADAR KETENTUAN DARI BINGKISAN TAKDIR” tiap-tiap orang punya tantangan hidup
masing-masing. Kita hanya perlu memahami, bersabar dan berikhtiar semampu
diri. Atas nilai kemanusiaan yang senantiasa kita mengerti,
semoga menjadikan diri kita untuk selalu berbuat baik.
“Tidak ada balasan kebaikan
selain balasan kebaikan pula” Ar-rahman : 60.
Demikian Tuhan menciptakan
begitu banyak macam cara mempertemukan dan mempererat jalinan sesama manusia.
At the end of the text,
“SEMOGA MAMA MENDAPATKAN
KEBERKAHAN”
Aamiin.
(Sumber : data pribadi)
0 komentar:
Posting Komentar