RESUME KUNJUNGAN USAHA #2
Berselang rentang waktu kurang lebih dua pekan, dilakukan
kunjungan usaha yang kedua yakni pada hari Ahad, 21 Januari 2018 pukul 10.00
WITA di Ice Corner Cafe (Red Cafe) yang berlokasi di Jl. Yusuf
dg Ngawing, Kota Makassar. Ada beberapa pembicara yang dihadirkan termasuk
pemilik usaha itu sendiri yakni Kak Ical, dan diantara pembicara yang lainnya yakni
Kak Yudi, Kak Suhasmin dan Kak Tini. Cafe tersebut bernuansa merah dan memiliki
daya tarik tersendiri ketika pertama mengunjungi tempat tersebut.
Properti-properti yang unik serta desain interior cafe yang ada cukup
memanjakan mata sehingga nyaman untuk berlama-lama di tempat tersebut.
Dari kunjungan ini, pembicara pertama yang menyampaikan
rekam jejak mengenai dirinya dalam berwirausaha adalah Kak Suhasmin. Beliau
memaparkan bahwa, diawal ia merintis sebuah usaha ia memulai dengan mencoba
terjun di ranah kebutuhan mengenai telepon genggam (handphone) atau lebih tepatnya membuka usaha Conter HP. Usaha tersebut berlokasi di daerah Jalan Poros Malino, Kabupaten
Gowa. Dengan melihat atau membaca kebutuhan-kebutuhan masyarakat di sekitarnya
maka ia mencoba untuk terjun dalam usaha tersebut. Dan hingga akhirnya usaha
yang dilakukan itu mampu meraih suksesnya dan pada tahun kelima ia bergelut,
usaha itu diberikan kepada saudaranya kemudian ia memilih untuk membuat usaha
baru.
“Setelah saya bergelut di usaha Conter HP, saya merasa penasaran untuk melakukan usaha yang lain. Oleh
karenanya usaha Conter HP itu saya
berikan kepada saudara saya kemudian saya buka usaha baru yakni dengan membuka
warung kopi yang saya beri nama Wartop atau Warung Top” Ungkap Kak Suhasmin.
Beliau menambahkan bahwa, jangan batasi diri dalam berwirausaha,
dan jangan pernah berpikir bahwa berwirausaha itu sulit. Dalam memulai
wirausaha jangan pikir sulitnya terlebih dahulu namun mulailah mencoba dan
rasakan bagaimana sensasi dalam menjalani sebuah usaha. Asal dengan komitmen
yang kuat maka insya Allah akan didapatkan harapan yang diinginkan.
Kemudian pembicara kedua mengemukakan tentang
pengalamannya bahwa berbisnis itu tidak harus berpikir tentang uang. Artinya
dalam memulai usaha tidak perlu harus dengan uang terlebih dahulu. Ketika
memiliki kemampuan persuasif yang handal atau ajakan dalam menggandeng orang
lain untuk bekerjasama dalam usaha maka sebuah usaha dapat dijalankan. Intinya
dalam melakukan sebuah usaha harus didasari dengan kepercayaan dan tidak boleh
dilakukan secara setengah-setengah. Hanya diperlukan ide-ide yang besar untuk
menciptakan sebuah usaha yang besar, tentunya dengan didukung kerja keras pula.
Kak Yudi memulai usaha pada tahun 2004. Dan dalam menemukan idenya untuk
memulai usaha ia perlu waktu selama setahun yang digunakan dalam mengobservasi
segala hal yang terkait dengan usaha yang akan dilakukannya, mencari tahu
berbagai aspek yang harus secara pasti diketahui dengan meneliti objek-objek
yang terkait sebagai langkah awal untuk memulai sebuah usaha. Dalam
perjalanannya merintis usaha, Kak Yudi menanamkan nilai yang menjadi acuan
berwirausaha. Oleh karena itu, jika nilai tersebut dilanggar maka ia konsisten
dengan prinsipnya bahwa ia akan meninggalkan usaha yang dilakukannya ketika
usaha yang berjalan tidak lagi berdasar nilai yang ditanamkan. Pernyataan ini
terkait ketika usaha yang dilakukan berjalan dengan bekerjasama dengan pihak
besar yang lain. Usaha yang dilakukan adalah bergerak di ranah perusahaan.
Setelah itu, Kak Tini sebagai pembicara ketiga secara
singkat menjelaskan usaha rintisannya yakni bisnis souvenir, yang diketahui
bahwa usaha itu dilakukan belum cukup lama yaitu sekitar dua pekan yang lalu.
Menurut pemaparannya, usaha tersebut muncul karena adanya pembacaan kritis
darinya tentang kebutuhan di masyarakat. Referensi tersebut didapatkan dengan
melihat situasi dan kondisi yang sering dijelajahinya di dunia virtual atau
dunia maya. Sehingga ia mencoba dalam membuat usaha souvenir ini dan katanya,
distribusi produk ini meski usahanya baru berjalan dua pekan namun telah
menembus pasar di luar kota yakni di bagian daerah pulau Maluku.
Pembicara terakhir dari kunjungan usaha yang kedua ini
adalah pemilik usaha Ice Corner Caffe
yang memiliki nama sapaan Kak Ical. Usaha ini baru berjalan selama tiga pekan,
masih dalam suasana soft opening dan
baru menuju untuk grand opening.
Menurut kak Ical, hadirnya usaha tersebut karena didalangi oleh pembacaannya
tentang kebutuhan masyarakat terkhusus pada kaum pria yang sering nongkrong di
warung kopi. Terlebih dari itu, ia pernah memperhatikan ketika berada di M-Tos
melihat para bapak-bapak yang menunggu membawa barang (belanjaan istri) dan
terlihat terlantar di sekitaran mall. Dan disitulah idenya mulai muncul. Ia pun
mengembangkan ide tersebut sehingga pada akhirnya ia berani membangun usaha
dengan nama Ice Corner Caffe. Dibahasakan
oleh kak Ical bahwa dalam berwirausaha itu tidak ada proses yang instan. Dan
membangun sebuah usaha harus punya nilai jual. Artinya ada karakteristik yang
dimiliki sehingga orang lain dapat tertarik dan menjadi pelaku konsumen dari
usaha yang diciptakan. Jadi, mempelajari bagaimana kebutuhan konsumen merupakan
langkah paling awal yang harus dilakukan dalam menciptakan usaha. Terakhir dia
menambahkan bahwa kebanyakan orang-orang dalam merintis usaha melihat
segmentasi pasar memandang kepada perempuan. Maksudnya “sekian persen dari
pemilihan sebuah produk itu ditentukan oleh perempuan sehingga sangat
disarankan dalam membuat sebuah usaha itu melihat pada sisi apa yang disukai
oleh perempuan” pungkas kak Ical.
---
Dari dua kesempatan kunjungan usaha yang telah dilakukan,
penulis mendapatkan sebuah kesimpulan bahwa kegiatan berwirausaha adalah suatu
bentuk tindakan mandiri yang menjadi salah satu jalan untuk meningkatkan grade seseorang. Disamping untuk
meningkatkan grade, secara
fundamental adanya kegiatan berwirausaha sebagai suatu bentuk kegiatan yang
diharapkan menghasilkan kesejahteraan kepada diri sendiri tanpa bergantung
kepada orang lain. Berwirausaha membutuhkan keberanian yang besar, komitmen
yang tegas, serta tekad atau kemauan yang kuat. Jika ingin menggapai kesuksesan
usaha maka hal tersebut tidak boleh dilakukan secara setengah-setengah. Usaha
tidak bisa dilakukan secara tunggal. Senantiasa dibutuhkan kerjasama bersama
orang lain sehingga usaha dapat tereksplorasi dengan baik. Nilai-nilai
berwirausaha seperti kepercayaan dan kejujuran adalah hal utama yang harus
dimiliki setiap pengusaha. Tidak hanya mampu memberikan sumbangsi yang besar
untuk diri sendiri namun secara sekaligus dapat memberikan manfaat terhadap
orang lain.
"Tidak ada usaha yang
instan. Butuh sebuah proses yang harus dijalankan. Dan adalah sesuatu hal yang
normal ketika ingin memulai usaha dan terdapat rasa kecemasan, keragu—raguan
dan bahkan ketakutan. Namun bagaimanapun juga usaha tidak akan pernah tercipta
ketika selalu terkungkung dalam adanya kegelisahan perasaan. Kata para
pengusaha tersebut, jalan satu-satunya meretas itu semua adalah dengan cara
MEMULAI. Maka akan didapati kenyataan yang mampu diperbandingkan antara
bagaimana menjadi seorang penonton dan pelakon dari sebuah usaha."

0 komentar:
Posting Komentar