Sabtu, 24 Maret 2018

Kewirausahaan

RESUME KUNJUNGAN USAHA #2

Berselang rentang waktu kurang lebih dua pekan, dilakukan kunjungan usaha yang kedua yakni pada hari Ahad, 21 Januari 2018 pukul 10.00 WITA di Ice Corner Cafe (Red Cafe) yang berlokasi di Jl. Yusuf dg Ngawing, Kota Makassar. Ada beberapa pembicara yang dihadirkan termasuk pemilik usaha itu sendiri yakni Kak Ical, dan diantara pembicara yang lainnya yakni Kak Yudi, Kak Suhasmin dan Kak Tini. Cafe tersebut bernuansa merah dan memiliki daya tarik tersendiri ketika pertama mengunjungi tempat tersebut. Properti-properti yang unik serta desain interior cafe yang ada cukup memanjakan mata sehingga nyaman untuk berlama-lama di tempat tersebut.


Dari kunjungan ini, pembicara pertama yang menyampaikan rekam jejak mengenai dirinya dalam berwirausaha adalah Kak Suhasmin. Beliau memaparkan bahwa, diawal ia merintis sebuah usaha ia memulai dengan mencoba terjun di ranah kebutuhan mengenai telepon genggam (handphone) atau lebih tepatnya membuka usaha Conter HP. Usaha tersebut berlokasi di daerah Jalan Poros Malino, Kabupaten Gowa. Dengan melihat atau membaca kebutuhan-kebutuhan masyarakat di sekitarnya maka ia mencoba untuk terjun dalam usaha tersebut. Dan hingga akhirnya usaha yang dilakukan itu mampu meraih suksesnya dan pada tahun kelima ia bergelut, usaha itu diberikan kepada saudaranya kemudian ia memilih untuk membuat usaha baru.
“Setelah saya bergelut di usaha Conter HP, saya merasa penasaran untuk melakukan usaha yang lain. Oleh karenanya usaha Conter HP itu saya berikan kepada saudara saya kemudian saya buka usaha baru yakni dengan membuka warung kopi yang saya beri nama Wartop atau Warung Top” Ungkap Kak Suhasmin.
Beliau menambahkan bahwa, jangan batasi diri dalam berwirausaha, dan jangan pernah berpikir bahwa berwirausaha itu sulit. Dalam memulai wirausaha jangan pikir sulitnya terlebih dahulu namun mulailah mencoba dan rasakan bagaimana sensasi dalam menjalani sebuah usaha. Asal dengan komitmen yang kuat maka insya Allah akan didapatkan harapan yang diinginkan.
Kemudian pembicara kedua mengemukakan tentang pengalamannya bahwa berbisnis itu tidak harus berpikir tentang uang. Artinya dalam memulai usaha tidak perlu harus dengan uang terlebih dahulu. Ketika memiliki kemampuan persuasif yang handal atau ajakan dalam menggandeng orang lain untuk bekerjasama dalam usaha maka sebuah usaha dapat dijalankan. Intinya dalam melakukan sebuah usaha harus didasari dengan kepercayaan dan tidak boleh dilakukan secara setengah-setengah. Hanya diperlukan ide-ide yang besar untuk menciptakan sebuah usaha yang besar, tentunya dengan didukung kerja keras pula. Kak Yudi memulai usaha pada tahun 2004. Dan dalam menemukan idenya untuk memulai usaha ia perlu waktu selama setahun yang digunakan dalam mengobservasi segala hal yang terkait dengan usaha yang akan dilakukannya, mencari tahu berbagai aspek yang harus secara pasti diketahui dengan meneliti objek-objek yang terkait sebagai langkah awal untuk memulai sebuah usaha. Dalam perjalanannya merintis usaha, Kak Yudi menanamkan nilai yang menjadi acuan berwirausaha. Oleh karena itu, jika nilai tersebut dilanggar maka ia konsisten dengan prinsipnya bahwa ia akan meninggalkan usaha yang dilakukannya ketika usaha yang berjalan tidak lagi berdasar nilai yang ditanamkan. Pernyataan ini terkait ketika usaha yang dilakukan berjalan dengan bekerjasama dengan pihak besar yang lain. Usaha yang dilakukan adalah bergerak di ranah perusahaan.
Setelah itu, Kak Tini sebagai pembicara ketiga secara singkat menjelaskan usaha rintisannya yakni bisnis souvenir, yang diketahui bahwa usaha itu dilakukan belum cukup lama yaitu sekitar dua pekan yang lalu. Menurut pemaparannya, usaha tersebut muncul karena adanya pembacaan kritis darinya tentang kebutuhan di masyarakat. Referensi tersebut didapatkan dengan melihat situasi dan kondisi yang sering dijelajahinya di dunia virtual atau dunia maya. Sehingga ia mencoba dalam membuat usaha souvenir ini dan katanya, distribusi produk ini meski usahanya baru berjalan dua pekan namun telah menembus pasar di luar kota yakni di bagian daerah pulau Maluku.
Pembicara terakhir dari kunjungan usaha yang kedua ini adalah pemilik usaha Ice Corner Caffe yang memiliki nama sapaan Kak Ical. Usaha ini baru berjalan selama tiga pekan, masih dalam suasana soft opening dan baru menuju untuk grand opening. Menurut kak Ical, hadirnya usaha tersebut karena didalangi oleh pembacaannya tentang kebutuhan masyarakat terkhusus pada kaum pria yang sering nongkrong di warung kopi. Terlebih dari itu, ia pernah memperhatikan ketika berada di M-Tos melihat para bapak-bapak yang menunggu membawa barang (belanjaan istri) dan terlihat terlantar di sekitaran mall. Dan disitulah idenya mulai muncul. Ia pun mengembangkan ide tersebut sehingga pada akhirnya ia berani membangun usaha dengan nama Ice Corner Caffe. Dibahasakan oleh kak Ical bahwa dalam berwirausaha itu tidak ada proses yang instan. Dan membangun sebuah usaha harus punya nilai jual. Artinya ada karakteristik yang dimiliki sehingga orang lain dapat tertarik dan menjadi pelaku konsumen dari usaha yang diciptakan. Jadi, mempelajari bagaimana kebutuhan konsumen merupakan langkah paling awal yang harus dilakukan dalam menciptakan usaha. Terakhir dia menambahkan bahwa kebanyakan orang-orang dalam merintis usaha melihat segmentasi pasar memandang kepada perempuan. Maksudnya “sekian persen dari pemilihan sebuah produk itu ditentukan oleh perempuan sehingga sangat disarankan dalam membuat sebuah usaha itu melihat pada sisi apa yang disukai oleh perempuan” pungkas kak Ical.
---

Dari dua kesempatan kunjungan usaha yang telah dilakukan, penulis mendapatkan sebuah kesimpulan bahwa kegiatan berwirausaha adalah suatu bentuk tindakan mandiri yang menjadi salah satu jalan untuk meningkatkan grade seseorang. Disamping untuk meningkatkan grade, secara fundamental adanya kegiatan berwirausaha sebagai suatu bentuk kegiatan yang diharapkan menghasilkan kesejahteraan kepada diri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain. Berwirausaha membutuhkan keberanian yang besar, komitmen yang tegas, serta tekad atau kemauan yang kuat. Jika ingin menggapai kesuksesan usaha maka hal tersebut tidak boleh dilakukan secara setengah-setengah. Usaha tidak bisa dilakukan secara tunggal. Senantiasa dibutuhkan kerjasama bersama orang lain sehingga usaha dapat tereksplorasi dengan baik. Nilai-nilai berwirausaha seperti kepercayaan dan kejujuran adalah hal utama yang harus dimiliki setiap pengusaha. Tidak hanya mampu memberikan sumbangsi yang besar untuk diri sendiri namun secara sekaligus dapat memberikan manfaat terhadap orang lain.

"Tidak ada usaha yang instan. Butuh sebuah proses yang harus dijalankan. Dan adalah sesuatu hal yang normal ketika ingin memulai usaha dan terdapat rasa kecemasan, keragu—raguan dan bahkan ketakutan. Namun bagaimanapun juga usaha tidak akan pernah tercipta ketika selalu terkungkung dalam adanya kegelisahan perasaan. Kata para pengusaha tersebut, jalan satu-satunya meretas itu semua adalah dengan cara MEMULAI. Maka akan didapati kenyataan yang mampu diperbandingkan antara bagaimana menjadi seorang penonton dan pelakon dari sebuah usaha." 

0 komentar: