Sabtu, 24 Maret 2018

Kewirausahaan




RESUME KUNJUNGAN USAHA #1

Assalamualaikum sahabat, Nurulfaa ^_^. Postingan kali ini adalah tentang hasil kunjungan usaha yang dilatarbelakangi oleh mata kuliah Kewirausahaan semester 3 yang lalu di prodi saya. Cukup menarik menurut saya untuk dibagikan kepada teman-teman sekalian. Sayangnya dokumentasi untuk kunjungan usaha kali ini “menghilang” :”D, cukup disayangkan ya, namun tidak apa-apa setidaknya masih ada tulisan hasil kunjungan untuk teman-teman ketahui. Semoga ini dapat memberi manfaat. Selamat membaca J

----

Wirausaha (wiraswasta) adalah orang yang berbakat dalam mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya, sedangkan usaha adalah suatu kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai suatu maksud atau tujuan tertentu (KBBI, 2018).
Berwirausaha berarti menciptakan lapangan kerja untuk diri sendiri dan juga orang lain. Dalam memulai wirausaha dibutuhkan keberanian, komitmen serta tekad yang kuat agar usaha mampu tercipta sebagaimana yang diinginkan. Adapun ketika usaha yang digagas tak menemui harapan seperti yang diinginkan maka sifat dari keberanian yang telah disebutkan, disinilah diuji keberadaannya, yakni keberanian menanggung setiap resiko yang akan didapatkan. Berpikir untuk memulai sebuah usaha berarti mencoba untuk menguji mental seseorang. Karena berwirausaha selalu membutuhkan sifat berani, komitmen, dan kemauan yang besar.
Ahad, 07 Januari 2018, Mahasiswa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) angkatan 2016 Universitas Muhammadiyah Makassar pada pukul 13.00 WITA melakukan observasi usaha atau kunjungan usaha yang berlokasi di daerah Limbung , Kab. Gowa, Sulawesi Selatan. Usaha yang dikunjungi bergerak dalam industri pertanian. Usaha di tempat tersebut mempunyai nama “Balla Pippisi” atau dalam bahasa Indonesia berarti “Rumah Jamur”, lebih tepatnya usaha yang di kembangkan adalah jamur tiram. Jamur tiram memiliki kandungan gizi yang cukup banyak dan tentunya sangat digemari masyarakat Indonesia. Apalagi tumbuhan dengan nama latin Pleurotus Ostreatus tersebut bisa diolah menjadi berbagai macam jenis makanan. Untuk membudidayakan jamur tiram diperlukan temperatur suhu dibawah 30°C. Hal itu sangat cocok dilakukan didaerah beriklim tropis seperti Indonesia.
Budidaya jamur tiram di Makassar masih sangat jarang ditemukan. Daerah Limbung yang terletak di Kabupaten Gowa adalah salah satu daerah produsen jamur tiram di Sulawesi Selatan. Dalam usaha di tempat tersebut memberikan pelayanan yakni Jamur Tiram Segar dan Kering, Baglog Jamur Tiram, Bibit F2 Jamur Tiram, Pelatihan Budidaya Jamur Tiram serta Kerjasama Usaha Kemitraan Budidaya Jamur Tiram di wilayah Kota Makassar dan Sungguminasa-Gowa. Diluar kabupaten Gowa, hanya  ada dua daerah yang lain yang menjadi penyuplai atau produsen dari adanya jamur tiram di Sulawesi Selatan yakni kabupaten Maros dan Bulukumba.
Usaha ini mulai berdiri pada tahun 2014. Awal dirintisnya usaha ini hanya dalam ranah pembudidayaan jamur. Namun karena adanya tekad yang kuat dan keinginan yang besar untuk belajar sehingga pihak pengusaha kini telah mampu menghasilkan bibit sendiri.  Usaha ini diakui memiliki prospek yang menjanjikan. Pasalnya, telah diketahui bahwa penghasil jamur tiram di provinsi Sul-Sel hanya ada tiga produsen sedangkan kebutuhan jamur tiram tergolong cukup besar.  
Adapun segmentasi pasar dari usaha ini (Balla Pippisi) cukup beragam. Mulai dari pengusaha kuliner, industri perhotelan hingga pasar modern. Namun diakuinya, jumlah pasar jamur tiram di kota Makassar tak sebanding dengan produsen, sehingga untuk sementara Balla Pippisi tak memperluas pasar, akan tetapi, menarik masyarakat untuk menjadi pembudidaya jamur tiram. Jika ada pengusaha jamur tiram yang lain maka pengusaha tersebut tidak dijadikan sebagai kompetitor, melainkan sebagai mitra. Karena adanya permintaan jamur yang banyak, maka pihak pengusaha dari usaha jamur tiram lebih memfokuskan untuk memperbanyak mitra agar dapat memproduksi jamur tiram lebih banyak. ” Lebih banyak pengusaha jamur tiram akan lebih bagus,” ujarnya.
Jamur yang menempel pada baglog (media tumbuh jamur) dapat digunakan selama 3 bulan, dan setiap satu baglog bisa menghasilkan 0.04 kg jamur tiram. Dalam satu kumbung (wadah penyimpanan baglog) bisa menampung hingga 1000 log. Sehari bisa 2 kali panen dengan berat bisa mencapai 2 kg hingga 3 kg untuk sekali panen. Selain sebagai bahan makanan, jamur tiram juga bisa dijadikan sebagai hiasan di rumah. Oleh sebab itu Balla Pippisi juga memproduksi kumbung, yakni tempat penyimpanan Baglog (media tumbuh jamur tiram) yang berbentuk miniatur rumah. Kumbung tersebut dilengkapi dengan teknologi pengatur suhu dan penyiraman otomatis yang telah disinkronkan dengan ponsel cerdas.
Dari hasil kunjungan ini juga didapatkan pengetahuan mengenai pembibitan jamur. Dalam menghasilkan bibit yang akan dibudidayakan untuk  menghasilkan jamur tiram yang besar maka menggunakan bibit F2. Dalam pembibitan, ada yang disebut bibit F0, F1, dan F2. Berbicara tentang turunan jamur berarti berbicara tentang gen, itulah mengapa ada yang disebut F0, F1 dan F2.  Bibit F2 digunakan sebagai bahan untuk membudidayakan jamur tiram karena kandungan jamurnya yang sangat tebal. Dan agar dapat menumbuhkan jamur secara maksimal seperti yang dibudidayakan di tempat usaha Balla Pippisi.
Image result for balla pippisi
Menurut Kak Fuad (Pengusaha jamur tiram), bibit F2 kebanyakan yang memesan adalah yang sudah mahir membuat baglog sendiri. Mengapa orang membeli bibit F0-F2 karena ia belum mampu untuk membuatnya sendiri, olehnya itu pembeli memesan bibit di Balla Pippisi. Karena membuat bibit harus menggunakan teknik laboratorium sehingga pembuatannya tergolong rumit dan dirasa sulit dibuat sendiri oleh pembeli. Kelemahan dalam budidaya jamur dalam persiapannya adalah belum ada yang berani memasuki proses pembibitan karena adanya keterbatasan ilmu pengetahuan dan cara perolehan ilmunya yang didapatkan perlu ke pulau jawa terlebih dahulu dan tidak berani mengambil resiko dengan metode otodidak, oleh pak Fuad itu ia lakukan berkali-kali dan dibutuhkan waktu setahun lalu dicapailah hasil yang diharapkan. Untuk bibit jamur dan baglog pada semua daerah di Sulawesi Selatan telah mendapat suplai dari Balla Pippisi.
Tempat yang dikunjungi (Balla Pippisi) adalah sentra pembibitan jamur. Awalnya tempat tersebut merupakan sentra budidaya namun saat ini tempat pembudidaya dipindahkan, dan di tempat itu terfokus untuk pembibitan. Ruang yang awalnya dijadikan lahan budidaya diubah menjadi ruang inkubasi yaitu ruang penyimpanan baglog yang telah dibibit didiamkan selama sebulan (maksimal pendiamannya adalah sebulan 22 hari) sehingga memutih, kemudian disuplai ke pembudidaya yang bermitra dengan pengusaha ini. Kemudian setelah panen mereka (pengusaha ini) mengambil hasil panennya untuk dijual ke market atau pasar.

Proses Pembibitan Usaha Jamur Tiram (Agrofarm Indonesia).
Dalam kesempatan kunjungan usaha kali ini lebih terfokus dalam pembuatan media baglog, tidak diberikan kesempatan untuk mengetahui bagaimana pembuatan bibit jamur tiram karena proses pembuatannnya dibutuhkan waktu yang lama.
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam membuat baglog.
1.      Serbuk kayu yang halus         
2.      Dedak                                    
3.      Kapur                                     
4.      Air                                          
5.      Ember
6.      Ayakan
7.      Sekop/Cangkul
8.      Plastik
9.      Dan bahan yang lain yang mendukung
Cara pembuatan:
1.      Serbuk kayu yang halus dengan takaran 100 kg di campurkan dengan dedak dengan jumlah 15 kg dan kapur sejumlah 1 kg.
2.      Setelah itu dimasukkanlah air yakni mula-mula dengan takaran air 25 liter, lalu ditambahkan air secara perlahan sampai dicapai hasil yang ditargetkan. (dalam pembuatan baglog ini takaran air yang digunakan adalah 25-50 liter)
3.      Ketika adonan untuk pembuatan baglog telah padat (tidak mengandung air yang banyak dan tidak terlalu kering) maka adonan telah siap dimasukkan ke dalam plastik.
4.      Adonan yang dimasukkan harus menyisakan ruang dengan jarak 5 cm dari ujung plastik agar dapat diikat. (Berat baglog yang dihasilkan harus mencapai 1 kg agar jamur yang akan tumbuh pada wadah tersebut diharapkan seberat 0,4 ons.)
5.      Setelah diikat, kemudian kemasan disterilkan dari bakteri dengan cara baglog dikukus selama 4 jam (100 C).
6.      Kemudian didinginkan selama sehari. 
        
             Setelah proses pembuatan tersebut, baglog yang telah siap pakai dimasukkan ke dalam ruang Inokulasi yaitu ruangan tempat proses pemindahan bibit ke dalam baglog. (Dalam satu botol bibit F2, diusahakan dihasilkan 20 jumlah baglog yang terisi oleh bibit). Dan ruangan tersebut merupakan ruangan yang harus selalu steril. Beranjak dari ruang Inokulasi, maka tahap akhir adalah dengan memasukkan baglog yang telah terisi bibit di ruang Inkubasi. Kontrol yang dilakukan selama proses pembibitan adalah sebanyak 3 kali per pekan. Dan waktu yang dibutuhkan dalam menunggu proses pembibitan selesai menuju proses budidaya (ketika miselium (bagian warna putih) telah memenuhi baglog) yakni maksimal dibutuhkan waktu sekitar satu bulan 22 hari      
            Ditempat tersebut juga dimiliki teknologi canggih dalam membuat baglog. Karena telah berkiprah beberapa tahun dan adanya lonjakan permintaan jamur tiram maka dimilikilah teknologi tersebut. Keuntungan adanya teknologi adalah mampu mengurangi biaya yang digunakan karena sedikit tenaga kerja yang dibutuhkan. Namun dengan adanya cara manual yang digunakan dalam membuat baglog dapat membuka kesempatan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Sehingga di tempat tersebut digunakan dua pola pembuatan baglog yakni secara teknologi dan secara manual.

0 komentar: