RESUME KUNJUNGAN USAHA #1
Assalamualaikum sahabat,
Nurulfaa ^_^. Postingan kali ini adalah tentang hasil kunjungan usaha yang
dilatarbelakangi oleh mata kuliah Kewirausahaan semester 3 yang lalu di prodi
saya. Cukup menarik menurut saya untuk dibagikan kepada teman-teman sekalian.
Sayangnya dokumentasi untuk kunjungan usaha kali ini “menghilang” :”D, cukup
disayangkan ya, namun tidak apa-apa setidaknya masih ada tulisan hasil
kunjungan untuk teman-teman ketahui. Semoga ini dapat memberi manfaat. Selamat
membaca J
----
Wirausaha (wiraswasta)
adalah orang yang berbakat dalam mengenali produk baru, menentukan cara
produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya,
serta mengatur permodalan operasinya, sedangkan usaha adalah suatu kegiatan
dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai suatu maksud atau
tujuan tertentu (KBBI, 2018).
Berwirausaha berarti
menciptakan lapangan kerja untuk diri sendiri dan juga orang lain. Dalam
memulai wirausaha dibutuhkan keberanian, komitmen serta tekad yang kuat agar
usaha mampu tercipta sebagaimana yang diinginkan. Adapun ketika usaha yang
digagas tak menemui harapan seperti yang diinginkan maka sifat dari keberanian
yang telah disebutkan, disinilah diuji keberadaannya, yakni keberanian
menanggung setiap resiko yang akan didapatkan. Berpikir untuk memulai sebuah
usaha berarti mencoba untuk menguji mental seseorang. Karena berwirausaha
selalu membutuhkan sifat berani, komitmen, dan kemauan yang besar.
Ahad, 07 Januari 2018,
Mahasiswa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) angkatan 2016
Universitas Muhammadiyah Makassar pada pukul 13.00 WITA melakukan observasi
usaha atau kunjungan usaha yang berlokasi di daerah Limbung , Kab. Gowa,
Sulawesi Selatan. Usaha yang dikunjungi bergerak dalam industri pertanian.
Usaha di tempat tersebut mempunyai nama “Balla
Pippisi” atau dalam bahasa Indonesia berarti “Rumah Jamur”, lebih tepatnya
usaha yang di kembangkan adalah jamur tiram. Jamur tiram memiliki kandungan gizi yang cukup banyak dan
tentunya sangat digemari masyarakat Indonesia. Apalagi tumbuhan dengan nama
latin Pleurotus Ostreatus tersebut
bisa diolah menjadi berbagai macam jenis makanan. Untuk membudidayakan jamur
tiram diperlukan temperatur suhu dibawah 30°C. Hal itu sangat cocok dilakukan
didaerah beriklim tropis seperti Indonesia.
Budidaya jamur tiram di Makassar masih sangat jarang ditemukan. Daerah Limbung yang terletak di Kabupaten Gowa adalah salah satu daerah produsen
jamur tiram di Sulawesi Selatan. Dalam usaha di tempat tersebut
memberikan pelayanan yakni Jamur Tiram Segar dan Kering, Baglog Jamur Tiram,
Bibit F2 Jamur Tiram, Pelatihan Budidaya Jamur Tiram serta Kerjasama Usaha
Kemitraan Budidaya Jamur Tiram di wilayah Kota Makassar dan Sungguminasa-Gowa. Diluar kabupaten Gowa, hanya ada dua daerah yang lain yang menjadi
penyuplai atau produsen dari adanya jamur tiram di Sulawesi Selatan yakni
kabupaten Maros dan Bulukumba.
Usaha ini mulai berdiri
pada tahun 2014. Awal dirintisnya
usaha ini hanya dalam ranah pembudidayaan jamur. Namun karena adanya tekad yang
kuat dan keinginan yang besar untuk belajar sehingga pihak pengusaha kini telah
mampu menghasilkan bibit sendiri. Usaha ini diakui memiliki prospek yang menjanjikan. Pasalnya, telah diketahui
bahwa penghasil jamur tiram di provinsi Sul-Sel hanya ada tiga produsen
sedangkan kebutuhan jamur tiram tergolong cukup besar.
Adapun segmentasi pasar dari usaha ini (Balla Pippisi) cukup beragam. Mulai dari pengusaha kuliner, industri
perhotelan hingga pasar modern. Namun diakuinya, jumlah pasar jamur tiram di
kota Makassar tak sebanding dengan produsen, sehingga untuk sementara Balla Pippisi tak memperluas pasar, akan
tetapi, menarik masyarakat untuk menjadi pembudidaya jamur tiram. Jika ada pengusaha jamur
tiram yang lain maka pengusaha tersebut tidak dijadikan sebagai kompetitor, melainkan
sebagai mitra. Karena adanya permintaan jamur yang banyak, maka pihak
pengusaha dari usaha jamur tiram lebih memfokuskan untuk memperbanyak mitra
agar dapat memproduksi jamur tiram lebih banyak. ” Lebih banyak pengusaha jamur tiram akan lebih bagus,” ujarnya.
Jamur yang menempel pada baglog (media tumbuh
jamur) dapat digunakan selama 3 bulan, dan setiap satu baglog bisa menghasilkan
0.04 kg jamur tiram. Dalam
satu kumbung (wadah penyimpanan baglog) bisa menampung hingga 1000 log. Sehari
bisa 2 kali panen dengan berat bisa mencapai 2 kg hingga 3 kg untuk sekali
panen. Selain sebagai bahan makanan, jamur tiram juga
bisa dijadikan sebagai hiasan di rumah. Oleh sebab itu Balla Pippisi juga memproduksi kumbung, yakni tempat penyimpanan
Baglog (media tumbuh jamur tiram) yang berbentuk miniatur rumah. Kumbung
tersebut dilengkapi dengan teknologi pengatur suhu dan penyiraman otomatis yang
telah disinkronkan dengan ponsel cerdas.
Dari hasil kunjungan ini juga didapatkan pengetahuan
mengenai pembibitan jamur. Dalam menghasilkan bibit yang akan dibudidayakan
untuk menghasilkan jamur tiram yang
besar maka menggunakan bibit F2. Dalam pembibitan, ada yang disebut bibit F0,
F1, dan F2. Berbicara tentang turunan jamur berarti berbicara tentang gen,
itulah mengapa ada yang disebut F0, F1 dan F2. Bibit F2
digunakan sebagai bahan untuk membudidayakan jamur tiram karena kandungan
jamurnya yang sangat tebal. Dan agar dapat menumbuhkan jamur secara maksimal
seperti yang dibudidayakan di tempat usaha Balla
Pippisi.

Menurut Kak Fuad (Pengusaha jamur tiram), bibit F2
kebanyakan yang memesan adalah yang sudah mahir membuat baglog sendiri. Mengapa
orang membeli bibit F0-F2 karena ia belum mampu untuk membuatnya sendiri,
olehnya itu pembeli memesan bibit di Balla
Pippisi. Karena membuat bibit harus menggunakan teknik laboratorium
sehingga pembuatannya tergolong rumit dan dirasa sulit dibuat sendiri oleh
pembeli. Kelemahan dalam budidaya jamur dalam persiapannya adalah belum ada
yang berani memasuki proses pembibitan karena adanya keterbatasan ilmu
pengetahuan dan cara perolehan ilmunya yang didapatkan perlu ke pulau jawa
terlebih dahulu dan tidak berani mengambil resiko dengan metode otodidak, oleh
pak Fuad itu ia lakukan berkali-kali dan dibutuhkan waktu setahun lalu
dicapailah hasil yang diharapkan. Untuk bibit jamur dan baglog pada semua
daerah di Sulawesi Selatan telah mendapat suplai dari Balla Pippisi.
Tempat yang dikunjungi (Balla Pippisi) adalah sentra
pembibitan jamur. Awalnya tempat tersebut merupakan sentra budidaya namun saat
ini tempat pembudidaya dipindahkan, dan di tempat itu terfokus untuk
pembibitan. Ruang yang awalnya dijadikan lahan budidaya diubah menjadi ruang
inkubasi yaitu ruang penyimpanan baglog yang telah dibibit didiamkan selama sebulan
(maksimal pendiamannya adalah sebulan 22 hari) sehingga memutih, kemudian
disuplai ke pembudidaya yang bermitra dengan pengusaha ini. Kemudian setelah
panen mereka (pengusaha ini) mengambil hasil panennya untuk dijual ke market
atau pasar.
Proses Pembibitan Usaha Jamur
Tiram (Agrofarm Indonesia).
Dalam kesempatan kunjungan usaha kali ini lebih terfokus
dalam pembuatan media baglog, tidak diberikan kesempatan untuk mengetahui
bagaimana pembuatan bibit jamur tiram karena proses pembuatannnya dibutuhkan
waktu yang lama.
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam membuat baglog.
1. Serbuk kayu yang halus
2. Dedak
3. Kapur
4. Air
5. Ember
6. Ayakan
7. Sekop/Cangkul
8. Plastik
9. Dan bahan yang lain yang mendukung
Cara pembuatan:
1. Serbuk kayu yang halus dengan takaran 100 kg di campurkan
dengan dedak dengan jumlah 15 kg dan kapur sejumlah 1 kg.
2. Setelah itu dimasukkanlah air yakni mula-mula dengan
takaran air 25 liter, lalu ditambahkan air secara perlahan sampai dicapai hasil
yang ditargetkan. (dalam pembuatan baglog ini takaran air yang digunakan adalah
25-50 liter)
3. Ketika adonan untuk pembuatan baglog telah padat (tidak
mengandung air yang banyak dan tidak terlalu kering) maka adonan telah siap
dimasukkan ke dalam plastik.
4. Adonan yang dimasukkan harus menyisakan ruang dengan
jarak 5 cm dari ujung plastik agar dapat diikat. (Berat baglog yang dihasilkan
harus mencapai 1 kg agar jamur yang akan tumbuh pada wadah tersebut diharapkan
seberat 0,4 ons.)
5. Setelah diikat, kemudian kemasan disterilkan dari bakteri
dengan cara baglog dikukus selama 4 jam (100⁰ C).
6. Kemudian didinginkan selama sehari.
Setelah proses pembuatan
tersebut, baglog yang telah siap pakai dimasukkan ke dalam ruang Inokulasi yaitu
ruangan tempat proses pemindahan bibit ke dalam baglog. (Dalam satu botol bibit
F2, diusahakan dihasilkan 20 jumlah baglog yang terisi oleh bibit). Dan ruangan
tersebut merupakan ruangan yang harus selalu steril. Beranjak dari ruang
Inokulasi, maka tahap akhir adalah dengan memasukkan baglog yang telah terisi
bibit di ruang Inkubasi. Kontrol yang dilakukan selama proses pembibitan adalah
sebanyak 3 kali per pekan. Dan waktu yang dibutuhkan dalam menunggu proses
pembibitan selesai menuju proses budidaya (ketika miselium (bagian warna putih)
telah memenuhi baglog) yakni maksimal dibutuhkan waktu sekitar satu bulan 22
hari
Ditempat tersebut juga dimiliki
teknologi canggih dalam membuat baglog. Karena telah berkiprah beberapa tahun
dan adanya lonjakan permintaan jamur tiram maka dimilikilah teknologi tersebut.
Keuntungan adanya teknologi adalah mampu mengurangi biaya yang digunakan karena
sedikit tenaga kerja yang dibutuhkan. Namun dengan adanya cara manual yang
digunakan dalam membuat baglog dapat membuka kesempatan pekerjaan bagi
masyarakat sekitar. Sehingga di tempat
tersebut digunakan dua pola pembuatan baglog yakni secara teknologi dan secara
manual.
0 komentar:
Posting Komentar