Kamis, 22 Februari 2018

Senja Dibalik Jendela #IF2


Ada diwaktu yang tak disangka, dia memberi kabar yang tak kuasa terbendung rasa sedih di dada. Dirinya mengajak saya pulang, bersua dengannya, berkumpul bersama keluarga. Namun sayang, saya lambat untuk datang. Dia terlanjur berada di tempat dirinya mendapat perawatan dan saya cukup berlapang dada mengetahui dirinya tidak berada di rumah.

Hujan dari langit membasahi tanah di bumi, hujan dari mata menjadi wujud rasa sedih di hati.
Mama akan di operasi lagi. Operasi keempat. Kali ini di bagian perutnya.
The deep of sadness that feel.

Dan doa adalah sandaran paling kuat dan kokoh, yang dijadikan tameng untuk tidak terlihat lemah mengetahui dia yang sedang tidak dalam keadaan kesehatan yang normal.

Suatu ketika di kala transisi siang menuju sore hari, aku yang berada didekat pembaringannya, kurasakan dia memandangiku kemudian memanggilku lalu berkata kepadaku;

“kamu jangan terlalu cepat pergi, tinggallah disini dulu beberapa hari”

Lalu kujawab pernyataannya;

“aku harus pergi sebelum tanggal 26 nanti”

Kemudian kurasakan penyesalan mendalam mengingat jawaban yang kulontarkan, kurasakan hangat dimata yang secara perlahan kristal-kristal dari mata menjadi terbendung, lalu mama kembali berkata;

“nanti kau tak melihatku mati”

Pernyataan yang singkat namun terlalu menyayat. Kulihat dia meneteskan beningnya kristal dari mata sayunya, dan aku berusaha menyembunyikan kristal itu dari mataku. Dia berpaling melihatku. Aku merasa sedih melihatnya. Kemudian aku terduduk. Terbungkam. Tak ada sesuatu yang dapat kuungkap. Hanya doa yang semakin banyak terpanjat. Dan hanya dengan doa aku memberinya rangkulan yang erat untuk dia senantiasa dikuatkan.

Hidup telah diatur oleh yang maha Kuasa, sisa bagaimana kita berikhtiar dan berdoa meminta perwujudan dari sebuah pengharapan. Sabar dan syukur lagi-lagi menjadi kuncinya.

Sore telah tiba. Semburat jingga di waktu senja terpancar terang melewati jendela dan bermuara di dinding kamar perawatan. Kulewati pintu, lalu kudekati jendela melihat lebih dekat merasakan cahaya senja merasuk lebih dalam ke jiwa dan memikirkan betapa besar dan indahnya ciptaan Tuhan. Masya Allah, la quwwata illa billah.

Aku mengingat mama. Tentang dirinya, mudah-mudahan ia mendapatkan perwujudan dari pengharapan yang selalu dipanjatkan.

Dan bagi sahabat pembaca yang telah baik hati membaca tulisan ini, mudah-mudahan dapat dengan tulus mengirimkan do’a kepadanya sehingga  dengan do’a demikian menjadi satu pengiring bagi dirinya mendapatkan harapan yang di ridhai. Aamiin.

Terima kasih yang telah berbaik hati (:

(Sumber gambar : Dokumen Pribadi)


NB : Bagi kita yang masih memiliki orangtua di dunia ini, jangan lupa senantiasa memberinya kelakuan-kelakuan yang baik. Berikan mereka perhatian semampu diri selagi dia masih ada disini. dan jangan lupa mendoakannya setiap saat (setelah menjalankan shalat). Dan yang telah berada di sisi sang Ilahi, jangan lupa pula mengirimkan kepadanya doa yang terbaik, karena amalan yang senantiasa diterima oleh manusia yang telah tiada di bumi salah satunya adalah doa anak yang shalih. Mari kita istiqamah mengamalkan:)

0 komentar: