Senin, 27 Mei 2019

Sistem Sosial

RELASI INTERPERSONAL SISWA KELAS VIII SMP UNISMUH MAKASSAR.

  


OLEH :
NURUL FATHANAH
SAHRAWATI NURDIN




PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019


A.  Latar Belakang
Relasi kelas sosial dalam pendidikan senantiasa menjadi pembahasan yang menarik. Awalnya aras kajian terbagi seputar biaya pendidikan dan kebudayaan yang berbeda antar kelas sosial di masyarakat. Namun seiring keputusan pemerintah untuk membebaskan biaya pendidikan dasar dan menengah pertama, peneliti pendidikan Indonesia lebih mengkaji mengenai bagaimana relasiRelasi kelas sosial dalam pendidikan senantiasa menjadi pembahasan yang menarik. Awalnya aras kajian terbagi seputar biaya pendidikan dan kebudayaan yang berbeda antar kelas sosial di masyarakat. Namun seiring keputusan pemerintah untuk membebaskan biaya pendidikan dasar dan menengah pertama, peneliti pendidikan Indonesia lebih mengkaji mengenai bagaimana relasi antara perbedaan kebudayaan peserta didik dengan kurikulum maupun proses pembelajaran di sekolah. Selain kelas sosial, diskursus kesetaraan gender di Indonesia sejak 1970-an telah mendapat perhatian dari hampir setiap bidang disiplin ilmu. Meskipun dalam praktik kesetaraan antara laki-laki dan perempuan masih mengalami banyak hambatan, terlebih di negara-negara berkembang yang masih sangat menghargai laki-laki (patrilineal culture).
Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu tidak cukup dilakukan hanya melalui transformasi ilmu pengetauan dan teknologi, tetapi antara lain didukung oleh pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam memilih dan mengambil keputusan demi pencapaian cita-citanya. Kemampuan peserta itu tidak hanya menyangkut aspek akademis, tetapi juga menyangkut aspek perkembangan pribadi, sosial, kematangan intelektual, dan sistem nilai.
Rahmat (2008:79) mengemukakan hubungan interpersonal erat kaitannya dengan konsep diri yang vital bagi perkembangan kepribadian. Lebih lanjut dijelaskan konsep diri berpengaruh pada perilaku manusia, bagaimana anda memandang diri anda dan bagaimana orang lain memandang anda, akan mempengaruhi pola-pola interaksi anda dengan orang lain. Cangara (2011:32) mendefinisikan hubungan interpersonal ialah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka.
Purwanto (2002:41) mengemukakan empati salah satu jenis perasaan sosial, yakni perasaan yang menyertai pendapat seseorang tentang orang lain dan pengalaman-pengalaman seseorang dengan orang lain. Sujiono (2009: 73) menjelaskan empati merupakan salah satu keterampilan sosial, yakni keterampilan untuk menilai apa yang sedang terjadi dalam suatu situasi sosial. Empati merupakan salah satu aspek yang sangat berpengaruh pada hubungan interpersonal.
Golman (dalam Nurihsan, 2007:78) menjelaskan bahwa empati merupakan bagian dari kecerdasan emosional. Selanjutnya Nurihsan (2007:80) menguraikan empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang dipikirkan, dirasakan, dan diinginkan oleh orang lain. Empati ini bergantung pada kesadaran diri emosional. Empati merupakan keterampilan dasar bergaul. Orang-orang yang memiliki empati akan lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain.
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan interpersonal sangat dibutuhkan dalam interaksi sosial. Seseorang yang kurang memiliki hubungan interpersonal banyak mengalami kegagalan dalam kehidupan. Hal ini dapat dijelaskan adanya sikap, sifat yang ditunjukkan yang sering tidak sesuai dengan tata nilai/norma, seperti mementingkan diri sendiri, egois, menganggap memiliki kelebihan dibandingkan dengan orang lain sangat merugikan diri pribadi itu sendiri.
Sebagaimana diketahui pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan sengaja dan terencana untuk membantu anak didik mengembangkan potensi secara optimal, sehingga anak mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Pengertian ini mengandung makna bahwa esensi yang hakiki dan tujuan akhir pendidikan adalah kemampuan melakukan adaptasi dengan lingkungan dalam arti yang luas. Dengan demikian tujuan pendidikan menjadi dasar untuk mengarahkan berbagai proses pendidikan (pembelajaran) agar mendekatkan anak dengan lingkungan.
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis,tapi selalu berubah.Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal,perubahan memerlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseibangan hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal erat kaitannya dengan kecerdasan interpersonal karena individu yang memiliki kecerdasan interpersonal banyak memiliki teman,dilihat dari penjelasan tersbut maka dapat diambil kesimpulan bahwa dari kecerdasan interpersonal akan tercipta hubungan interpersonal yang baik. Menurut Gardner (dalam Musfiroh, 2008:7 ) menjelaskan bahwa kecerdasan interpersonal sangat berpengaruh pada hubungan interpesonal karena hubungan interpersonalmerupakan bagiandari interaksi sosial .Kemampuan interpersonal terus berkembang hingga dewasa,mereka pandai membuat orang lain merasa bahagia.
Adapun indikator dari hubungan interpersonal yaitu; 1) keakraban,dimana keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang; 2) kontrol:kesepakatan siapa yang akan mengontrol siapa dan bila mana; 3)respon yang tepat yaitu respon A harus diikuti respon B yang sesuai; 4) keserasian suasana emosional ketika berlangsung komunikasi.
Berbicara tentang relasi atau hubungan dalam sebuah sekolah, berarti berbicara tentang unsur-unsur yang menghidupi sekolah yakni siswa daan guru. Yang paling vital adalah itu. Namun dalam penelitian sederhana yang dilakukan ini adalah lebih menitikberatkan pada penelitian tentang relasi interpersonal terhadap siswa kelas VIII di SMP Unismuh Makassar.

B.  Rumusan Masalah
Bagaimanakah relasi interpersonal siswa kelas VIII di SMP Unismuh Makassar?

C.  Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui relasi interpersonal siswa kelas VIII di SMP Unismuh Makassar

D.  Pengumpulan Data
Dari penelitian ini, penulis melakukan pengumpulan data dengan menggunakan metode kuesioner. Kuesioner (angket) adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono, 2010:142). Setelah dilakukan pengisian kuesioner (angket) kemudian dilakukan wawancara. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara tak berstruktur yakni wawancara bebas yang mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan. Kemudian selanjutnya data yang dikumpulkan bersumber dari dokumen-dokumen yang terkait dengan objek penelitian dengan membuka situs-situs internet yang akurat.

E.  Pengelolaan Data
Pengelolaan data dalam penelitian ini digunakan teknik analisis data dengan model miles dan huberman atau teknik analisis data kualitatif. Dalam analisis data kualitatif terdiri atas tiga alur yaitu, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi (Sugiyono, 2010:246)
1.        Reduksi data (Data Reduction)
Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data awal yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data ini berlangsung secara terus-menerus selama penelitian kualitatif berlangsung. Selama proses reduksi data berlangsung, tahapan selanjutnya ialah:
a.    Mengkategorikan data (Coding) ialah upaya memilah-milah setiap satuan data ke dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan (Moleong, 2011: 288).
b.    Interpretasi data ialah pencarian pengertian yang lebih luas tentang data yang telah  dianalisis atau dengan kata lain, interpretasi merupakan penjelasan yang terinci tentang arti yang sebenarnya dari data penelitian (Hasan, 2002: 137).
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pemilihan data yang diperoleh pada saat penelitian mengenai persepsi pemustaka tentang peternakan, daun pepaya dan sistem imun pada ayam, kemudian data tersebut diklasifikasikan dan dipilih secara sederhana.
2.        Penyajian data (Data Display)
Pada tahap ini, peneliti mengembangkan sebuah deskripsi informasi tersusun untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data yang lazim digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk teks naratif. Maksud dari teks naratif ialah peneliti mendeskripsikan informasi yang telah diklasifikasikan sebelumnya mengenai persepsi pemustaka tentang tepung daun pepaya sebagai vitamin dalam meningkatkan imunitas untuk meminimalisir angka moratalitas pada ayam fase starter yang kemudian dibentuk simpulan dan selanjutnya simpulan tersebut disajikan dalam bentuk teks naratif.
3.        Penarikan simpulan (Conclusion/Verying)
Peneliti berusaha menarik simpulan dan melakukan verifikasi dengan mencari makna setiap gejala yang diperolehnya dari lapangan, mencatat keteraturan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur kausalitas dari fenomena dan proporsi. Pada tahap ini, penulis menarik simpulan dari data yang telah disimpulkan sebelumnya, kemudian mencocokkan catatan dan pengamatan yang dilakukan penulis pada saat penelitian.

Dari observasi yang dilakukan dan hasil yang didapatkan dalam penelitian diperoleh data sebagai berikut. Di SMP Unismuh Makasaar sistem pengajaran yang dipakai yaitu memakai sistem satuan terpisah. Artinya antara siswa laki-laki dan perempuan ruang kelasnya dipisah dalam pembelajaran. Kemudian adapun hal-hal yang mampu meningkatkan relasi interpersonal siswa di SMP tersebut yaitu dengan adanya wadah ekstrakurikuler (ekskul) yang dapat diikuti oleh siswa seperti Tapak Suci, Kelompok Ilmiah Remaja, Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), dan Hisbul Wathan.
Siswa siswi yang berada di kelas VIII memiliki tingkat perekonomian yang berbeda. Beberapa dari mereka berkubu-kubu namun tetap saling berinteraksi dengan baik kepada semua siswa. Didapatkan hasil bahwa saat kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan mereka dapat bercengkerama lebih hangat antar siswa laki-laki dan perempuan. Diluar daripada itu, jika merunut pada kepentingan pembelajaran itu hanya lebih kepada persoalan tugas mereka saling berinteraksi. Meskipun status sosial berbeda namun tidak menjadi penghalang untuk mereka saling berinteraksi secara dekat dan hangat baik siswa perempuan dengan perempuan maupun laki-laki. Seringkali pula karena adanya kedekatan yang terjadi antar siswa terlihat ada yang mengejek hanya untuk membuat yang lain tertawa. Meski dilain sisi ini bisa terhitung sebagai sebuah perundungan, namun penulis mengamati dan menilai tingkah siswa tersebut lebih kpeada karena adanya empati sesama siswa untuk menciptakan hiburan sehingga berlaku demikian. Seperti teori Gardner (dalam Musfirah, 2008) dikatakan bahwa kemampuan interpersonal terus berkembang hingga dewasa,mereka pandai membuat orang lain merasa bahagia.
           
F.     Kesimpulan
Dengan demikian, penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa relasi interpersonal siswa untuk kelas VIII di SMP Unismuh Makassar terbangun karena adanya wadah ekstrakurikuler yang memberikan ruang bagi siswa berinteraksi secara lebih. Kemudian selain itu, beberapa siswa yang memiliki tingkat kemampuan interpersonal lebih diantara siswa yang lain menunjukkan sikap yang lebih positif menciptakan hiburan dan kebahagiaan diantara sesama siswa.

G.    Daftar Pustaka
Cangara, Hafied. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo
Musfiroh, Tadkiroatun. 2008. Pengembangan Kecerdasan Majemuk, Jakarta: Universitas Terbuka
Nurihsan, Ahmad Juntika. 2007. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, Bandung: Refika Aditama
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta


0 komentar: