Selasa, 22 November 2016

MERAH DI BIRU


Tersebutlah, sebuah istana yang berlatarkan dengan warna biru. Seorang manusia berjenis perempuan, hanya seorang perempuan biasa, sebut saja dirinya Nunah. Ia menjatuhkan pilihan terakhirnya untuk memasuki istana itu setelah ia menuju banyak istana untuk “memilih kemudian tak dipilih”.

Pada awalnya, hatinya meragu. Namun, ia berusaha menguatkan hatinya sendiri untuk bisa melanjutkan pilihannya dan berusaha meneguhkan niatnya.

Hari demi hari ia berkunjung ke istana tersebut. Tujuannya hanya satu, untuk memperoleh ilmu dari petinggi-petinggi istana yang memiliki ilmu yang hebat itu. Sebelum ia bertandang setiap hari di istana itu, tujuannya memang hanya itu, untuk menimba ilmu sebagai bekal menjadi seseorang yang  hebat, di sebidang ilmu yang ingin digelutinya tersebut.

Lambat laun, ia kemudian berlabuh ke suatu tempat. Dari beberapa pelabuhan tempat orang-orang di dalam istana itu mengais kesibukan lain selain mencari ilmu sesuai disiplin ilmu yang digeluti, mata Nunah kemudian tertuju pada sebuah tempat yang berlatar merah. Sebutannya oleh orang-orang sekitar adalah laskar merah. Nunah penasaran dengan tempat itu dan ia pun memilih bergabung dengan orang-orang tersebut.

Awalnya, Nunah merasa berat dengan hal-hal yang menjadi orientasi awal yang menjadi syarat sebelum bergabung di laskar merah itu. Tetapi, kemudian Nunah memperbaiki niatnya. ‘Katanya’ biar terasa lebih ringan menjalani, keikhlasan dari dalam hati harus menjadi hal utama untuk ditaati.

Dan jadilah Nunah bagian dari laskar merah ini. Ia bertemu dengan orang-orang yang penuh dengan ilmu-ilmu pembimbing ke jalan maslahat. Ilmu-ilmu yang disebut ilmu spiritual yang menjadi pondasi manusia berlaku sholeh sholehah dan memiliki kepentingan mementingkan bekal untuk di akhirat.

Manusia-manusia yang lebih tua dari Nunah itu memiliki watak yang ramah, senang menasihati, berintelektual tinggi, namun senantiasa rendah hati. Mereka manusia-manusia yang beruntung telah diilhami banyak ilmu dari sang pemilik ilmu. Dalam hati, Nunah membatin “Aku ingin seperti mereka”

Di setiap kesempatan, setiap Nunah berkunjung ke laskar merah, nasihat-nasihat tak pernah habis di dapatnya. Ada dua hal yang tak pernah luput dari seorang anggota laskar merah “Al-quran dan buku bacaan”. Kemanapun, dimanapun, kedua benda itu selalu bertengger di dalam tas mereka. Setiap kali bertemu dengan orang-orang petinggi laskar merah selalu saja tersulut pertanyaan “Sedang baca buku apa saat ini, Dik?”

Nunah mungkin pernah merasa menyesali keberadaannya berada di istana biru, namun ketika di laskar merah Nunah merasa beruntung. Namun dengan jalan istana biru lah, ia bisa sampai di gerbang laskar merah. Ia tidak seharusnya memiliki penyesalan. Kesyukuran harus selalu bertengger dalam dirinya. Karena Nunah menyadari bahwa di dunia tempat ia menghirup udara ini, tidak ada sesuatu pun yang tidak patut disyukuri, bahkan ketika mendapat sesuatu yang disebut musibah pun, merupakan sesuatu yang patut disyukuri karena setiap yang terjadi terdapat bingkisan hikmah di dalamnya. Jadi, nikmat mana lagii yang akan kau dustakan, Nunah? Mudah-mudahan syukur menjadi bersungguh-sungguh menghinggap dalam jiwa.



MERAH DI BIRU. Dua warna yang akan senantiasa Nunah sandang di hari-harinya. Menjadi bagian yang senantiasa disyukuri karena telah memilikinya, walau dengan alasan apapun, takdir telah memintanya mendapatkan kedua warna itu. Keep hamasah. Jadilah bagian penting, Nunah! Karena Allah, aamiin.





0 komentar: