Sabtu, 20 Agustus 2022.
Awal keberangkatan untuk merantau di tanah jawa. Waktu duhur menjadi penanda. Menuju Bandara Sultan Hasanuddin. Boarding pun tiba. Lalu take off, tibalah ragaku meninggalkan kampung kelahiran, meninggalkan orang-orang dekat. Ragaku meninggi di angkasa. Menerjang awan, mengarungi udara. Landing dua jam kemudian di Bandara Soekarno Hatta.
Travel yang telah kupesan delay. Hampir dua jam. Untunglah ada seseorang menjadi teman bicara sehingga waktu tak begitu lama terasa.
Ketika perjalanan menuju kos, saya tertidur beberapa lama. Setelah terbangun, langit sudah gelap, hanya ada cahaya-cahaya lampu kota yang menyinari. Mungkin juga cahaya bulan namun tak nampak kelihatan di mataku karena ragaku berada di dalam ruang kecil beroda bergerak di tengah jalan.
Sesaat saya menoleh ke arah jendela. Saya seolah melihat sosok yang telah begitu lama tak pernah kutatap wajahnya. Terakhir tahun 2018 dan ia meninggalkanku untuk selama-lamanya. Seolah wajahnya menghiasi semesta dengan senyum santun nan sederhana persis ketika dulu mengantarku setiap hendak menuju makassar untuk kuliah.
Ia. Dia mama. Dia tak mengucapkan apa-apa. Dari wajahnya dan dengan senyumnya, juga tatapannya yang begitu dalam, ia hanya mengisyaratkan sesuatu, seperti hendak mengatakan "jaga diri nak" ya hanya itu. Dan tak kusangka air mataku mengalir. Aku segera menyelanya agar tak dianggap kenapa-napa oleh orang di sampingku.
Beberapa saat saya tak bisa membendung pusaran air mata ini. Lalu kuhela nafas, berusaha menenangkan hatiku. Jiwaku terasa sangat emosional melihat wajah mama mengikutiku.
Kueratkan baik-baik pesan itu dalam hatiku, dalam pikiranku, dalam jiwaku. Kupejamkan mata. Dan kurasakan, kusadari dengan penuh betapa besar nikmat Allah untuk hidupku. Bukan hanya tentang mama. Juga tentang seluruh penghidupan yang telah aku dapatkan hingga titik ini. Aku berusaha mengingatinya satu persatu. Dan kusyukuri sepenuh hatiku. Juga ku istighfari segala dosa-dosaku. Aku tahu aku tak suci. Begitu bergelimang kesalahan diri.
Demi mama, demi semua yang kusayangi, demi diriku sendiri, aku meniti jalan hidupku untuk mengabdi sebaik-baik yang mampu kujalani. Dan untuk sesuatu yang lebih besar dari hidupku sendiri, kepadaNya aku berserah diri.
0 komentar:
Posting Komentar