Ini adalah ceritaku pada Senin, 05 Februari 2018.
"Setelah turun dari kendaraan sewa yang kutumpangi dari wilayah rutinitasku,
kini aku berjalan menuju tempat yang kunamai surgaku, surga duniaku. *Rumahku
yang ada di kampung*. Aku lalu menemui dia yang sedang bercengkerama
dengan seseorang dalam genggaman benda kecil (baca: handphone) di teras rumah pada malam itu, orang yang selalu
memberikan nafkah dalam keluargaku; Bapakku<3. Kulihat dia tersenyum padaku,
aku senang melihat dia segera menyambutku(:
Kubuka pintu, kususuri jalan menuju ruang tengah. Orang-orang rumah bersuka
cita menyambut kedatanganku. Alhamdulillah. Aku masih dilingkupi oleh
orang-orang yang senantiasa menanti kehadiranku, menyayangi diriku. Mataku tertuju
pada sesosok wanita yang sedang berbaring di sebuah kasur lusuh dan dengan muka
yang berusaha terlihat senang melihatku meski pada keadaannya kulihat dia
begitu terbebani dengan kondisinya sendiri.
MAMA. Dia sedang berjuang dalam pemulihan diri atas operasi ketiga yang
telah dia jalani. Mengetahui bahwa dirinya sedang sakit adalah luka yang
tersembur pada sebagian perasaan ini. Sedih membersamai hati, namun aku cukup
pantas merasa lebih senang karena masih diberi kesempatan untuk bertemu
dengannya pada saat ini. Semoga sang Pencipta memberikannya keajaiban agar
dirinya segera diberi kesembuhan, dan mudah-mudahan usianya dipanjangkan dan
mendapat keberkahan. Aamiin.
Meski kutahu usia
telah ditentukan ketetapannya oleh yang Mahakuasa, namun berdoa untuk usia yang
dipanjangkan kepada orangtua adalah keharusan yang kurasa wajib lakukan. Kenapa?
Agar kebahagiaan dan kebanggaan mampu selalu aku berikan, dalam jangka waktu
yang panjang. Balas jasa dari seorang anak yang meski kutahu itu tak akan mampu
membayar semuanya. Namun setidak-tidaknya, aku mampu memberinya sebesar yang
kuharapkan.
Kemudian, aku
berjalan menuju tempat peristirahatan yang paling menyenangkan; kamar kecilku. Aku
berbaring lalu aku menengok ke dinding sebelah kanan, kudapati sebuah tulisan
panjang yang isinya seperti ini.
“Anak-anakku yang tersayang! Jangan takut dengan
orangtua atau siapapun, tapi takutlah kepada Allah. Dan yakin bahwa Allah
selalu ada melihat dan mengawasi dalam setiap langkahmu. Jadilah anak yang baik
dan jagalah nama baik keluarga. Jangan sampai tercoreng muka orangtua karena
perbuatanmu. Mama tak berharap apa-apa darimu kecuali kebaikan dan ketulusan
hatimu menjadi anak yang berakhlak mulia dan berbakti kepada kedua orangtua. Semoga
kelak, bisa menjadi penolongku di alam keabadian. Aamiin.
Mama, mencintai kalian semua”
Betapa tidak, air
mataku mengucur secara perlahan lalu menjadi deras, kubayangkan perasaan mama saat menuliskan
tulisan ini. Sedih sekali. Maka nikmat Tuhan yang mana lagi yang akan kudustakan?
Dia adalah salah satu orang yang senantiasa mengingatkan tentang kuasa sang
Ilahi. Mengajarkan hal-hal tentang-Nya agar selalu mendekatkan diri. Mulia sekali
orang yang kupanggil “Mama” ini. Dan begitu bersyukurnya aku diberi orang
semulia dirinya. Alhamdulillah. Dialah alasan mengapa aku bisa menjadi tegar
dan selalu berusaha untuk menjadi kuat dalam segala hambatan yang kutemui dalam
hidup yang kujalani.
Terima kasih. Atas
setiap pemberian yang telah dilimpahkan dalam hidup ini. Atas banyaknya bahagia
yang tercipta dan sedih yang tak pula sedikit. Aku tersadar akan pelajaran
hidup yang cukup sarat kudapati.
Semoga selalu
mampu untuk menjadi bersyukur dan bersabar atas setiap peristiwa yang hadir.
Karena hidup
adalah waktu-waktu yang harus selalu disyukuri.

Sedikit berbagi pengetahuan:
Bila mendapat
kesenangan ucapkan : Alhamdulillah alladzi, bini’matihi tatimmusshalihat ( Segala puji bagi Allah, dengan nikmat-Nyalah segala kebaikan menjadi sempurna)
Bila mendapat hal
yang kurang disukai ucapkan : Alhamdulillah ala kulli hal (Segala puji bagi
Allah dalam segala keadaan)
*Semoga
bermanfaat.
0 komentar:
Posting Komentar